AKSES INFORMASI KEUANGAN PERPAJAKAN

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan Indonesia akan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang telah terjalin baik dengan mempertahankan stabilitas kinerja dari APBN.

“Indonesia punya keinginan untuk menjaga momentum perekonomian dan stabilitas APBN, jadi kita mencari titik ‘balance’,” ujar Sri Mulyani menanggapi hasil penilaian terbaru IMF terhadap perekonomian Indonesia di Jakarta, Rabu (7/2).

Sri Mulyani mengatakan salah satu upaya untuk mempertahankan stabilitas kinerja APBN adalah menjaga defisit anggaran dalam tingkat yang terkendali serta berada dalam batas yang diperkenankan oleh Undang-Undang yaitu tiga persen terhadap PDB.

“Kita dengan defisit lebih rendah, terutama untuk membuat ‘primary balance’ lebih kecil, untuk menciptakan ‘fiscal buffer’, karena ekonomi tidak selalu ‘easy’,” tuturnya.

Menurut dia, konsolidasi terhadap APBN untuk menjaga agar defisit anggaran lebih terkendali bisa menjadi bantalan ketika terjadi gejolak ekonomi yang berasal dari luar.

“Pada situasi yang baik, kita membuat APBN makin ‘consolidate’, agar ketika ada ‘shock’ dari luar kita masih mempunyai ‘space’ untuk intervensi,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional menerbitkan hasil asessment yang dimuat dalam Laporan Konsultasi Artikel IV untuk Indonesia 2017 serta telah dibahas dalam pertemuan Dewan Eksekutif (Executive Board) IMF di Washington D.C.

Dalam penilaian IMF, Indonesia saat ini berada dalam posisi yang baik untuk mengatasi berbagai tantangan sosio-ekonomi, didukung oleh membaiknya kinerja sektor investasi maupun ekspor, yang tumbuh positif sepanjang 2017.

Direktur Eksekutif dalam pertemuan tersebut menyambut baik fokus bauran kebijakan jangka pendek pemerintah yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga stabilitas yang telah terjaga dengan baik.

Untuk itu, Direktur Eksekutif mencatat penyesuaian kebijakan fiskal pada 2018 harus dilakukan secara bertahap (gradual) untuk mendukung kinerja pertumbuhan sekaligus untuk membangun bantalan fiskal (fiscal buffers).

Selain itu, Direktur Eksekutif melihat kebijakan moneter saat ini cukup memadai untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi serta merekomendasikan adanya peningkatan transmisi kebijakan lebih lanjut.

Meski saat ini kinerja ekonomi Indonesia dalam keadaan sehat, yang terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang moderat dan defisit neraca transaksi berjalan yang wajar, namun tetap ada risiko dari arus modal yang tidak stabil.

Secara keseluruhan, Direktur Eksekutif menekankan pentingnya pencapaian pertumbuhan potensial yang lebih tinggi untuk membantu penciptaan lapangan kerja bagi angkatan kerja muda.

Prioritas sebaiknya juga diberikan pada paket reformasi struktural fiskal yang bisa memperkuat diri dan memobilisasi pendapatan untuk membiayai pembangunan dan mendukung reformasi struktural di pasar produk, tenaga kerja dan keuangan.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara