Menurut Heri, Sri Mulyani belum mampu melepas pengelolaan fiskal dari utang. Padahal, utang sangat tidak menyehatkan. “Menempuh jalan berutang adalah ancaman terjadinya guncangan keuangan. Kasarnya, pemerintah gali lobang untuk tutup lobang.”
Sementara, lanjutnya, di saat yang sama Sri Mulyani sebagai Menkeu juga belum bisa melepas ketergantungan dari SBN. Ini, merupakan ancaman baru.
“Kita tahu, kontribusi SBN terhadap total pembiayaan utang rata-rata mencapai 101,8 persen per tahun. Sedangkan terhadap total pembiayaan anggaran mencapai 103,3 persen per tahun (RAPBN 2017). Kecanduan yang berlebih terhadap SBN tersebut sudah pasti akan meningkatkan risiko fiskal.”
Pada bagian lain, tambah Heri, hingga kini belum ada terobosan dan inovasi atas jeratan defisit anggaran yang makin menganga lewat kebijakan fiskal yang kredibel.
“Kita tahu, dalam kurun lima tahun terakhir, realisasi defisit anggaran cenderung meningkat. Penyebabnya, rata-rata realisasi belanja tumbuh di kisaran 5 persen, sementara realisasi pendapatan negara hanya tumbuh di kisaran tiga persen.” [Adv]
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu