Jakarta, Aktual.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan industri mebel dan kerajinan Indonesia di 2019 nanti bisa meningkatkan ekspornya hingga USD 5 miliar. Akan tetapi, untuk menggenjot nilai ekspor, bukannya hal yang mudah.
Pemerintah sendiri harus menggulurkan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri sektor ini. Sejauh ini, bagi dunia usaha seperti, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) melihat, dari sisi regulasi belum terlalu mendukung kinerja industri sektor ini.
“Padahal peluang untuk meningkatkan pasar industri ini sangat besar. Mestinya didukung oleh semua pelaku industri termasuk pemerintah dalam penetapan regulasi yang mendukung industri mebel dan kerajinan tanah air,” ungkap Ketua Umum HIMKI, Soenarto, di Jakarta, Senin (5/12).
Jika dukungan regulasi pemerintah semakin kuat, HIMKI sendiri optimis industri mebel dan kerajinan Indonesia bergeliat terus untuk menunjukkan perkembangan dan inovasinya kepada dunia internasional.
“Sehingga nantinya bisa terus bertumbuh serta berkontribusi lebih besar terhadap penerimaan devisa negara. Dan tahun ini, asosiasi optimis industri bisa bertumbuh capai 10 persen,” tegas dia.
Untuk pasar internasional, kata dia, sejauh ini ekspor mebel dan kerajinan Indonesia saat ini terbesar adalah ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian, pihaknya terus memperluas pasar ekspor baru, antara lain ke China, Timur Tengah, dan Afrika.
“Pasar baru di daerah tersebut diharapkan mampu mendorong target ekspor mebel Indonesia mncapai USD 5 miliar pada tahun 2019 nanti,” jelas Soenoto.
Saat ini, pasar mebel dunia nilainya telah mencapai USD 141 miliar. Dan Indonesia baru menyumbang 1,5% dari pasar dunia tersebut, atau baru senilai USD 1,902 miliar.
Padahal, dengan bahan baku atau sumber daya alam yang tinggi ditambah sumber daya manusia yang besar di dalam negeri akan menjadi modal yang besar.
tegas dia.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi & Hubungan Antar Lembaga HIMKI, Abdul Sobur menjelaskan, untuk menggenjot pasar baru, asosiasi menggelar Indonesia International Furniture Expo (IFEX) pada Maret 2017 nanti untuk mendorong peningkatan nilai ekspor.
Langkah ini, kata dia, akan menjadi pendorong bagi pelaku usaha untuk terus meningkatkan inovasi dan kreativitas agar dapat menghasilkan produk unggulan yang memiliki nilai tambah, membangun reputasi positif Indonesia sebagai produsen mebel dan kerajinan berkualitas di dunia internaional.
Apalagi IFEX juga didukung empat kementerian yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Mengenah, serta Kementerian kehutanan dan Lingkungan Hidup.
“Salah satu produk yang diunggulkan pada setiap perhelatan IFEX adalah mebel dan kerajinan berbahan baku rotan. Produk rotan Indonesia merupakan produk alami dan ramah lingkungan,” tandasnya.
Produk rotan ini, kata dia, memiliki keunikan tersendiri yang merupakan hasil dari keterampilan para perajin. “Sehingga produk rotan Indonesia menjadi barang mewah dan sangat diminati konsumen di kawasan Eropa, Amerika, dan Asia-Afrika,” terang Sobur.
Peluang untuk mengangkat produk rotan masih sangat besar. Apalagi hal ini, kata dia, nisa menjadi salah satu unggulan produk mebel dan kerajinan Indonesia, selain yang berbahan baku kayu serta bambu.
Indonesia sendiri merupakan penghasil terbesar bahan baku rotan dunia, yaitu 85 persen. Sisanya, dihasilkan oleh Filipina, Vietnam, serta beberapa negara Asia lain. Potensi rotan Indonesia saat ini mencapai sekitar 622.000 ton per tahun, dengan banyaknya variasi rotan mencapai 350 spesies.
Daerah penghasil rotan terbesar di tanah air berada di pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Namun, sentra industri hilir rotannya justru banyak berada di Pulau Jawa, seperti daerah Cirebon, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jepara, Kudus, Semarang, Sukoharjo, dan Yogyakarta. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh: