Jakarta, Aktual.com – Dalam beberapa tahun belakangan, sektor pertambangan menjadi penyumbang kredit macet (non performing loan/NPL) terbesar, sehingga membuat pertumbuhan kredit kian melemah.
Untuk itu, tahun ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat sektor pertambangan sudah mulai aman dibiayai seiring harga komoditas yang mulai membaik.
“Tadi Pak Presiden (Joko Widodo) meminta agar kredit di tahun ini dutingkatkan menjadi 12 persen. Jadi industri keuangan didorong untuk bertumbuh lebih bagus double digit kalau bisa,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad, saat menyampaikan hasil pertemuan dengan Presiden tadi pagi, di Gedung OJK, Jakarta, Jumat (13/1).
Untuk itu, kata dia, industri keuangan terutama perbankan harus bisa memberikan variasi model pembiayaan ke semua sektor. Termasuk untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Selama ini KUR banyak ke sektor perdagangan dan jasa. Kami ingin sektor yang lebih produktif seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan,” jelasnya.
Untuk sektor pertambangan, kata dia, seiring seiring membaiknya harga komoditas bisa masuk sektor yang perlu dibiayai. “Tapi ada sektor prioritas yang akan jadi perhatian untuk pendalaman kredit, seperti pariwisata, perdagangan industri real estate. Itu sektor yang diharapkan jadi motor pertumbuhan ekonomi tahun ini,” papar dia.
Di tempat yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Sektor Perbankan, Nelson Tampubolon menyebut, untuk sektor pertambangan yang semula negatif sudah kembali positif pertumbuhannya. Hal ini terlihat dari perdagangan ekspor-impor.
“Selama ini sektor pertambangan dihindari. Tapi bukan dilarang (OJK). Bank-nya yang melakukan risk manajemen. OJK tidak larang, tapi bank punya kemampuan asessment risk manajemen. Yg dianggap risk tinggi yaa di-hold. Kalau ada peluang ya dilakukan,” terang Nelson. (Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid