Apaklagi kemudian, tekanan inflasi dari sisi harga yang diatur pemerintah (administered price) tak dicermati.
“Karena proyeksi harga minyak dunia memiliki kecenderungan naik di atas 50 USD per barel pada awal 2018. Ininjelas menjadi beban APBN dan pada akhirnya mendongkrak inflasi yang lebih tinggi lagi,” kata dia.
Asumsi makro ekonomi lainnya yang perlu dicermati adalah kurs rupiah. Pemrintah menargetkan sebesar 13.500 per dolar AS. Angka tersebut jelas rentan mengalami perubahan melihat faktor eksternal seperti kenaikan Fed rate, penyesuaian balance sheet bank sentral AS, serta kondisi geopolitik yang kurang stabil seperti meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea.
Semua itu akan memberikan sentimen negatif terhadap kurs rupiah di tahun depan. Sehingga proyeksi moderat asumsi kurs RAPBN 2018 sebaiknya ada di range 13.800-14.100 per dolar. “Itu baru sesuai realitas,” cetus dia.
Belum lagi hal lainnya seperti target pemerimaan dan target utang yang bisa lebih tinggi lagi. Optimisme peemerintah itu disebut dia, jelas tak berpijak kepada kondisi riil di lapangan.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka