Jakarta, Aktual.com — Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengungkapkan kekesalan atas kebijkan Pemerintah Perancis akan mengenakan Bea Masuk Impor atas produk kelapa sawit dan CPO termasuk dari Indonesia.
“Rencana kebijakan itu menunjukkan kecongkakan luar biasa dan sangat tidak reasonable,” ujar Rizal, Rabu (3/2).
Menurut Menteri dengan julukan “Si Raja Kepret” ini, jika kebijakan itu benar dilakukan, maka akan mempengaruhi hubungan antara Indonesia dan Perancis.
“Membahayakan kedua negara yang telah terjalin sangat baik dan bersahabat sejak kemerdekaan Indonesia,” kata Rizal.
Seperti diketahui bahwa saat ini Menteri Lingkungan Perancis telah memasukkan rancangan peraturan pajak impor tersebut kepada parlemen Perancis untuk mendapatkan persetujuan.
Diperkirakan, paling lambat keputusan parlemen Perancis itu akan keluar pada bulan Maret 2016 dan akan berlaku resmi mulai tahun 2017.
Besaran pajak impor itu adalah 300 euro per ton pada 2017, dan akan meningkat menjadi 500 euro per ton pada 2018. Selanjutnya pada 2019 akan naik lagi menjadi 700 euro per ton pada 2019, serta naik jadi 900 euro per ton pada 2020.
Untuk ekspor ke negara Prancis sendiri masih relatif kecil 50 hingga 150 ton, namun untuk ke Eropa total secara keseluruhan ekspor mencapai 3,5 hingga 4 juta ton.
Sebagai informasi Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memuji insiatif pembentukan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) yang diresmikan bulan November lalu.
CPOPC diharapkan dapat menghadapi tekanan negara-negara Barat yang merasa terganggu oleh produksi sawit kedua negara.
Dokumen pembentukan Dewan Negara Produsen Minyak Sawit itu ditandatangani Menko Maritim dan Sumber Daya RI Rizal Ramli bersama Menreri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Amar Douglas Unggah Embas di sela-sela ASEAN Summit ke-27 di Kuala Lumpur, Malayia.
Rizal Ramli mengagas pembentukan CPOPC tak lama setelah ia bergabung dengan Kabinet Kerja pada Agustus lalu.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan