Jakarta, Aktual.com – Mantan anggota Tim Seleksi anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Standarkiaa Latief berpendapat bahwa adanya tarik-menarik kepentingan politik dalam pembentukan Tim Seleksi Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah hal yang wajar.
“Saya jadi Timsel Bawaslu DKI sekarang ini. Jadi 5 wilayah DKI termasuk Kepulauan Seribu. Sangat saya rasakan tarik-menarik kepentingan disitu,” beber Kia, dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Pilkada Tanpa Koruptor’, di Jakarta, Sabtu (10/9).
Dia mengakui semangat pemilihan anggota Timsel baik untuk Bawaslu, KPU hingga pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ialah merangkul semua pihak dalam masyarakat. Namun, tak dapat dipungkiri kalau setiap orang punya pandangan tersendiri kepada calon.
Bahkan, bukan mustahil seorang anggota membawa kepentingan politik penguasa, yang nantinya berimbas pada kinerja lembaga.
“Dalam tanda petik bisa mengakomodir kepentingan-kepentingan atau pihak-pihak dari tarikan orang-orang yang duduk dalam Timsel,” jelasnya.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo baru saja menunjuk 10 orang uang menjadi anggota Timsel calon anggota KPU periode 2017-2022. Dimana, Timsel tersebut diketuai oleh ahli hukum tata negara dari Universitas Andalas, Saldi Isra.
Namun banyak kalangan menyebut kalau nama-nama Timsel itu adalah ‘orang-orang’ Jokowi. Artinya, 10 orang itu sengaja ditunjuk untuk mengartikulasikan kepentingan Jokowi dalam memilih komisioner KPU.(M Zhacky Kusumo)
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid