Jakarta, Aktual.com — Pengamat hukum laut internasional Hasyim Djalal mengatakan Indonesia masih berpeluang menengahi sengketa yang terjadi di wilayah Laut China Selatan, dengan menawarkan pendekatan baru.
“Indonesia masih memiliki posisi strategis menengahi konflik itu dengan pendekatan baru,” kata Hasyim Djalal di Yogyakarta, Kamis (10/9).
Menurut dia, pendekatan baru tersebut misalnya dapat ditempuh dengan menawarkan isu kerjasama diantara negara-negara yang bersengketa dalam bidang ilmu pengetahuan serta lingkungan.
“Biasanya akan cepat maju dalam pembicaraan soal kerjasama teknis menyangkut ilmu pengetahuan atau lingkungan misalnya membahas isu bersama menyangkut keanekaragaman hayati, atau pemanasan global,” kata mantan Duta Besar RI untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu.
Menurut dia, sebagai upaya diplomasi jalan kedua, hal itu dapat diusulkan pemerintah Indonesia melalui penyelenggaraan kembali ‘Workshop on Managing Potential Conflicts in the South China Sea’ (WMPC-SCS) yang pertama kali digagas oleh Indonesia pada 1990 untuk menyelesaikan konflik Laut China Selatan tersebut.
“Sebab upaya perdamaian akan kembali terbentur, jika yang dibicarakan melulu soal pembagian batas teritorial,” ujarnya.
Dalam hal itu, Indonesia dapat memberikan cara pandang yang baru bagi negara yang bersengketa bahwa upaya kerjasama lebih efektif menyelesaikan masalah dari pada selalu berkonfrontasi.
Artikel ini ditulis oleh: