Jakarta, Aktual.com – Pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa Aksi Bela Islam II yang berlangsung pada Jumat 4 November 2016 ricuh karena ditunggangi aktor politik sangat bias. Pernyataan Presiden tersebut juga sumir. Apalagi tidak jelas kemana tuduhannya diarahkan.
“Tuduhan yang bias dan sumir. Mengapa Presiden tidak langsung saja menunjuk dan menyebut nama aktor politik tersebut? Presiden justru menciptakan suasana politik yang akan lebih panas dengan tuduhan tersebut,” kata tokoh Rumah Amanah Rakyat (RAR), Ferdinand Hutahaean, dalam keterangannya tertulisnya, Minggu (6/11).
“Sangat disayangkan, Presiden tidak seharusnya menebar tuduhan baru seperti itu. Justru Presiden harusnya introspeksi diri, melakukan introspeksi ke dalam bukan malah menuding pihak lain secara serampangan,” sambungnya.
Menurutnya, Presiden seharusnya mencermati dulu fakta lapangan sebelum bicara. Apalagi dalam penilaian Ferdinand kericuhan yang terjadi justru disebabkan oleh dua sikap Presiden sendiri.
Pertama, sikap Presiden yang tidak bisa dipungkiri berpihak kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan kedua sikap abai Presiden terhadap Aksi Bela Islam II.
Seandainya Presiden tidak pura-pura sibuk dan menemui aksi umat Islam serta menyampaikan pernyataan yang memberikan keyakinan kepada aksi massa bahwa penegakan hukum kepada Ahok akan selesai dalam waktu sesingkat-singkatnya, maka aksi akan bubar dengan tertib.
“Inilah yang tidak dilakukan oleh Presiden,” ucap dia.
Ferdinand mendesak DPR mengambil tindakan dan sikap terhadap Presiden. DPR tidak boleh diam atas kejadian ini dalam rangka menyelamatkan Bangsa Indonesia. Ia juga menyerukan kepada segenap elit bangsa ini agar segera mengambil langkah-langkah cepat demi menyelamatkan negara dari kehancuran.
“Evaluasi kepemimpinan nasional harus segera dilakukan. Bangsa ini terlalu besar dipertaruhkan hanya untuk melindungi kekuasaan yang tidak mampu memimpin,” pungkasnya.
(Laporan: Soemitro)
Artikel ini ditulis oleh:
Eka