Rangkaian debat Capres dan Cawapres RI telah usai yang diselenggarakan KPU RI. Semua calon telah memaparkan gagasan visi-misinya dengan lugas dan tegas. Rakyat pun sudah bersiap menyambut Pemilihan Umum, 14 Februari 2024 mendatang dengan gegap-gempita dan ceria.
Namun yang menarik, dalam debat terakhir kemarin, ada teladan yang patut kita contoh dari closing statement pasangan nomor urut 2, yaitu teladan kenegarawanan ala Prabowo-Gibran.
Kita tahu bahwa selama proses rangkaian debat capres-cawapres dari pertama hingga kelima, terdapat tensi yang tinggi antar paslon. Ketiga Paslon saling berdebat dan berargumen dengan penuh semangat, penuh nuansa persaingan, dan bahkan muncul kata-kata dan kalimat yang keras. Suasana ‘panas’ itu terkadang terbawa hingga larut dalam dunia medsos oleh masing-masing pendukung paslon. Suasana yang tentunya kita tidak inginkan terjadi lagi seperti pada Pemilu 2019 yang memunculkan istilah Cebong-Kampret. Ampunn Bang Haji!
Nah, pada debat kelima kemarin, secara mengejutkan, Prabowo-Gibran menyampaikan closing statement yang menyejukkan untuk semua warga. Pidato yang dipuji banyak pihak. Ketulusan hatinya yang terpancar menunjukan kalimat yang elegan dalam konteks mendamaikan dan memberikan semangat agar Pilpres 2024 bergerak dengan tentram, dan aman.
Pernyataan penutup yang disampaikan Prabowo-Gibran mampu mencurahkan semangat semua anak bangsa untuk setia, tetap bersatu-padu dalam kapal besar bernama Indonesia. Mungkin karena favorit bacaan Prabowo adalah buku The winner Stands Alone yang ditulis Paulo Coelho dari Brazil, “Life sometimes separates people so that they can realize how much they mean to each other.”
Kalimat yang sejuk dan teduh dalam Pernyataan pamungkasnya memberikan bukti nyata kemampuan Prabowo-Gibran sebagai calon pemimpin nasional, punya kemampuan kuat untuk menjadi Presiden & Wakil Presiden RI 2024 yang layak dibanggakan oleh segenap rakyat Indonesia. Menjadi pemimpin nasional dari seluruh warga masyarakat dari yang memilih dan tidak memilihnya.
Pasalnya, Prabowo-Gibran dengan penuh rasa persaudaraan dan kasih sayang menyampaikan permohonan maaf kepada Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfudz MD terkait proses debat, apabila ada kata-kata yang menyinggung kepada kedua paslon.
Prabowo-Gibran juga menyampaikan bahwa baik paslon satu dan paslon dua merupakan saudara-saudara se-bangsa dan se-Tanah Air. Sesama anak bangsa yang sama-sama berjuang, memberikan pengabdian terbaik untuk rakyat Indonesia. Mungkin pernyataan tersebut terlihat sepele, tetapi efeknya sungguh luar biasa untuk kerukunan, kedamaian dan persaudaraan.
Bagi saya pribadi, pernyataan penutup itu merupakan cerminan kenegarawanan Prabowo-Gibran. Ia menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa persaingan dan kontestasi pada pemilu kali ini tidak melulu soal menang-kalah, akan tetapi soal mematri persaudaraan, mengikat kerukunan, dan perjuangan untuk hidup rakyat Indonesia yang lebih baik, sejahtera dan damai.
Pengorbanan dan darma bakti bersama untuk negeri Indonesia yang lebih maju dan ngeri dalam pergaulan antar bangsa di dunia.
Ada local wisdom, pepatah Jawa yang populer dan mistik, bahwa untuk menggapai kemenangan tidak perlu merendahkan lawan, “Menang tanpo ngasorake (Menang tanpa merendahkan orang lain).” Inilah yang ditunjukkan Prabowo-Gibran kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dengan kerendahan dan ketulusan hatinya, Prabowo Gibran meminta maaf dan merajut kembali tali persaudaraan yang sempat memudar sebelumnya. Dalam bahasa Bang Rocky Gerung, “Dalam diri Prabowo ada ketulusan dan kesejukan dalam Debat Terakhir.” Mantab!
Teladan baik itulah yang mestinya kita contoh, ikuti dan dijadikan kode keras untuk demokrasi Indonesia di masa kini dan masa depan yang cerah, secerah biru langit. Light up the sky!
Akhirnya, filosofi kehidupan “Menang tanpo ngasorake atau menang tanpa merendahkan sesama”, yang dipraktekkan Prabowo-Gibran menjadi inspirasi keren bagi semua anak bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang mulia bukan manusia serigala. Sebagaimana bait Ayat-Ayat Api-nya sang penyair Sapardi Djoko Damono, “Dalam setiap diri kita, berjaga-jaga segerombolan serigala”. “Dalam diri manusia serigala itu bukan berjaga-jaga. Manusia merupakan serigala bagi sesamanya,” ucap Thomas Hobbes dari negeri Barat.
Naudzubillah min dzalik! Ampunnn!
Salam Ngopi.
Oleh: Dinno Brasco (Cendekia Muda Indonesia Maju, Prabowo-Gibran 02)
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi