Jakarta, Aktual.com – Sejarawan Universitas Indonesia (UI) Noor Fatia Lastika mengajak semua pihak meneladani bagaimana sikap serta cara Sultan Baabullah menjaga marwah daerah asal sang Pahlawan Nasional itu.

“Sultan Baabullah selalu bisa menjaga marwah, martabat serta harga diri orang Maluku Utara saat masa kolonial. Mungkin nilai tersebut bisa diimplementasikan atau ditonjolkan setelah ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional,” kata dia saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (11/11).

Ia menjelaskan hal itu dapat terlihat dari bagaimana Sultan Baabullah tidak pernah mau mendukung atau bekerja sama dengan pihak kolonial atau para penjajah.

Bahkan, salah satu benteng di Ternate yakni Benteng Gamlamo yang dahulunya menjadi pusat kerajaan sang pahlawan menjadi saksi bagaimana sosok Sultan Baabullah menjaga martabat masyarakatnya meski sang ayah dibunuh oleh Portugis.

Sebagaimana diketahui dalam sejarah, kata dia, ayah Sultan Baabullah yakni Sultan Khairun Djamil dicurangi oleh Portugis dengan mengundangnya untuk sebuah jamuan dengan tujuan bekerja sama, namun akhirnya dibunuh di Benteng Gamlamo.

“Nah di lokasi itu sekarang kan ada monumennya dan di situ ada nilai yang ingin ditunjukkan oleh Sultan Baabullah yakni ia mampu menjaga marwah Maluku Utara secara keseluruhan ketika itu,” ujarnya.

Hal itu ditunjukkan pula dengan langkah yang diambil Sultan Baabullah yakni mengusir Portugis selama-lamanya dari Maluku sebagai bentuk balasan atas perbuatannya. Meskipun memang setelah beliau wafat, Portugis kembali masuk ke daerah itu.

“Namun setidaknya Sultan Baabullah telah menunjukkan langkah teguh yang diambilnya. Oleh sebab itu pula ia pantas disematkan gelar Pahlawan Nasional,” kata dia.

Secara umum, ia mengatakan konsep dari pahlawan nasional sendiri ialah sosok atau tokoh yang memang dianggap berjasa atau punya kontribusi bagi bangsa. Salah satunya merupakan semacam gerakan, pemikiran menolak kolonialisme, imperialisme dan berbagai hal lain yang tujuannya mendukung kemerdekaan.

Di samping itu juga untuk menunjukkan Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki kemampuan sendiri serta hak atas kedaulatan.

Menurutnya, dari sisi Sultan Baabullah hal yang ingin ditunjukkan adalah bagaimana masyarakat nusantara sesungguhnya memiliki kehebatan dan punya sistem pemerintahan sendiri yang sudah cukup baik saat itu.

“Jadi ini mengesampingkan narasi yang muncul bahwa nusantara berkembang setelah masuknya bangsa barat, padahal sebetulnya sudah ada jauh sebelum itu dan Sultan Baabullah adalah salah satu contoh pemimpin di nusantara yang menggerakkan hal itu,” ujar dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta, salah satunya Sultan Baabullah dari Maluku Utara.

Penganugerahan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 TK Tahun 2020 yang ditetapkan pada 6 November 2020. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin