Jakarta, Aktual.co — Imperialisme AS sebagai penguasa tunggal dunia mulai dari pasca Perang Dunia ke II, menjadikan seluruh Negara-negara di dunia tunduk pada kekuatan imperialisme AS baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan militer. Demikian pula di negara-negara Asia Afrika atau dikenal dengan Negara-negara selatan, seluruhnya berada di bawah dominasi imperialisme AS.
Negara-negara Asia Afrika yang mayoritas sebagai Negara berkembang menjadi negara setengah jajahan setengah feodal yang terdiri dari pemerintahan ‘Boneka’ yang mengabdi kepada kepentingan imperialisme AS. Seperti di Indonesia, puncak terkonsolidasinya kekuatan imperialisme AS menguasai sumber kekayaan alam dan manusia, dimulai semenjak pemerintahan berada di tangan fasis Soeharto.
Akan tetapi, 32 tahun Soeharto menjadi pengabdi setia atau boneka AS melayani kepentingan tuannya menguasai sumber daya alam dan rakyat, tidak memberikan pelajaran bagi pemimpin-pemimpin bangsa di Negeri ini untuk menjadikan imperialisme AS beserta tuan tanah menjadi musuh rakyat.
Namun demikian, rezim yang lahir dari pemilu ke Pemilu masih menunjukkan karakter yang sama menjadi rezim boneka AS. Hingga pemerintahan Jokowi-JK memimpin saat ini, posisi sebagai rezim boneka AS masih tetap diperkokoh untuk demi melayani kepentingan tuannya.
Rezim ini menjadi Jongos bagi imperialisme AS. Praktek liberalisasi, privatisasi, deregulasi, pencabutan subsidi, pengetatan anggaran, sistem asuransi menjadi roh yang dikembangan rejim Jokowi-JK sebagai amanat dari kebijakan Neo-liberalisme imperialisme AS untuk meningkatkan penghisapan dan penindasan di Indonesia.
Demikian penyelenggaraan KAA 19-24 nanti. ini hanya menjadi bentuk kesetian dan kepatuhan Jokowi-JK untuk memberikan forum bagi AS yang menggunakan KAA untuk memasifkan investasi dan utangnya dalam penguasaan di negara Asia Afrika khususnya di Indonesia.
Di tengah kondisi krisis yang masih berkecamuk di AS dan Eropa, tentu imperialisme AS akan mendorong rejim bonekanya seperti Jokowi-JK untuk menyelenggarakan KAA ini. Sesungguhnya inilah yang menjadi dasar penyelenggaraan KAA Tahun 2015 ini.
Sehingga KAA bukan lagi menjadi persatuan Negara Asia Afrika untuk bersama-sama meneriakkan “Go to Hell With Your Aid”. Namun, rezim-rezim boneka imperialisme AS di Asia Afrika khususnya Indonesia, akan memberikan infus untuk menunda kematian imperialisme dengan menghisap darah dan keringat rakyatnya.
Forum KAA 2015 akandiisi mayoritas rezim boneka dan imperialisme, sudah pasti pertemuan ini akan memperbincangkan bagaimana skema investasi dan pembangunan yang akan dijalankan imperialisme AS secara masif di negara-negara Asia Afrika.
Sementara kemerdekaan, kemandiriandankedaulatan Rakyat Asia Afrika akan menjadi khiasan semata yang dipermainkan dalam slogan-slogan dalam pertemuan KAA April nanti. Sedangkan, KAA kini telah menjadi semangat untuk menyalurkan nafsu kepentingan imperialisme AS.
Namun, rakyat tidak perlu gentar dan patah arang. Perlawanan atas imperialisme AS dan rejim boneka di Asia Afrika khususnya Indonesia, akan semakin membesar seiring dengan kesadaraan rakyat yang diasah dengan perjuangan-perjuangan massa untuk sama-sama belajar, berorganisasi dan berjuang.
Terbukti perjuangan rakyat Asia Afrika di tahun 1955 yang besar, mampu membendung dominasi imperialisme AS, hingga melahirkan KAA. Yang menjadi tugas kita saat ini dalam menyikapi KAA adalah bagaimana rakyat Asia Afrika khususnya Indonesia mampu mengembalikan semangat perjuangan rakyat Asia Afrika untuk melawan dominasi imperialisme AS yang menghambat kemajuan rakyat.
Persatuan dam perjuangan rakyat Asia Afrika khususnya Indonesia, akan senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme dan menolak rejim-rejim boneka AS khususnya Jokowi-JK mengkhianati semangat anti imperialisme dalam KAA 1955.
Karena hanya dengan terbebasnya rakyat Asia Afrika dari dominasi Neo-kolonialisme imperialisme AS, barulah rakyat akan merasakan Kemerdekaan, Kedaulatan dan kemandirian yang menjadi cita-cita bersama.
Maka, FMN yang bergabung di dalam Aliansi FPR telah mengadakan berbagai kegiatan untuk menyikapi Konferensi Asia Afrika 19-24 April 2015. Diskusi-diskusi publik, penerbitan artikel-artikel, konferensi pers, Aksi, telah FPR jalankan untuk mengabarkan bahwa neo-kolonialisme imperialisme AS masih mengisap dan menindas rakyat.
Sementara itu, mulai dari 19-24 April, FMN bersama FPR akan mengadakan kampanye Rakyat Asia Afrika Anti Imperialisme sebagai puncak acara yang secara bersamaan diselenggarakannya KAA.
Kampanye rakyat Asia Afrika ini akan diisi kegiatan Konferensi Petani Se-Asia (17-18 April), Aksi pembukaan secara serentak se-Nasional dan Luar Negeri (19 april), Aksi Piket di Jakarta (20-23 April), (21-24 Konferensi rakyat dan Deklarasi Rakyat Asia Afrika anti imperialisme AS). Ayoo berjuang melawan kekuatan yang menghisap dan menindas kita. Enyahkan Imperialisme AS dari Bumi Pertiwi, lawan Rejim Boneka AS yang menyengsarakan rakyat ! . (Rachmad P Panjaitan, Ketum PP Front MahasiswaNasional, 18 April 2015 di Jakarta). Tamat.
Artikel ini ditulis oleh: