Jakarta, Aktual.com — PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menandatangani akta pengalihan sebagian aset jaringan fiber optik kepada anak usahanya, PT Telkom Infrastructure Indonesia (TIF). Aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi jangka menengah perseroan untuk memperkuat struktur bisnis dan meningkatkan efisiensi pengelolaan infrastruktur digital.

Direktur Strategy, Business Development, and Portfolio Telkom, Seno Soemadji, mengatakan pemisahan aset fiber merupakan kelanjutan dari strategi transformasi yang telah dirancang sejak sekitar lima tahun lalu. Dalam skema tersebut, Telkom diposisikan sebagai strategic holding, sementara kegiatan operasional dijalankan oleh anak usaha.

“Penandatanganan hari ini merupakan milestone penting bagi Telkom Group dan menjadi kelanjutan dari proses yang telah berjalan sejak tahun lalu,” ujar Seno dalam konferensi pers di The Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12/2025).

Ia menjelaskan, proses pengalihan aset telah dimulai sejak akhir 2023 dan menandai kesiapan TIF untuk beroperasi penuh mulai 1 Januari mendatang. Menurut Seno, Telkom Group kini membagi portofolio bisnis ke dalam empat pilar utama.

Pilar pertama adalah segmen business to consumer (B2C) yang dijalankan Telkomsel. Pilar kedua adalah B2B Infrastructure yang mencakup pengelolaan fiber optik, kelistrikan, pusat data, dan satelit. Pilar ketiga adalah B2B ICT Company yang ditargetkan mulai dibentuk pada tahun depan. Sementara pilar keempat difokuskan pada penguatan bisnis internasional.

Seno menambahkan, pemisahan aset fiber tersebut telah memperoleh persetujuan pemegang saham dengan tingkat persetujuan lebih dari 99 persen.

“Persetujuan ini mencerminkan kepercayaan pemegang saham terhadap arah transformasi Telkom Group serta prospek jangka panjang dari aksi korporasi ini,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama Telkom Dian Siswarini menegaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari strategi transformasi jangka menengah perusahaan yang dikenal sebagai Telkom 3D (Digital, Data, dan 2030).

“Pengelolaan infrastruktur jaringan, khususnya fiber optik, membutuhkan fokus dan tata kelola yang lebih spesifik agar menghasilkan nilai maksimal,” ujar Dian.

Menurutnya, konsolidasi bisnis wholesale fiber connectivity ke TIF akan mendorong model bisnis yang lebih transparan dan efisien, sekaligus membuka peluang kemitraan strategis untuk mempercepat digitalisasi nasional. Dian menegaskan, seluruh transformasi tetap berorientasi pada peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan.

(Rachma Putri)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka Permadhi