Jakarta, Aktual.com — Kabupaten Karangasem, Bali, tengah mempersiapkan diri untuk menjadi dan menuju destinasi wisata kota pusaka, dengan menempatkan puri-puri peninggalan zaman kerajaan sebagai pusat kebudayaan.
“Destinasi wisata di Karangasem itu mayoritas adalah objek pusaka. Ada puri, desa kuno, pemandangan indah atau peninggalan bersejarah lainnya,” demikian kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem, I Wayan Purna, kepada wartawan, di Amlapura, Senin (11/1).
Dikatakan ia, ada sejumlah puri yang tengah penjajakan untuk menjalin ‘memorandum of understanding’ (MoU) antara pemerintah daerah dengan keluarga pemiliknya. Puri di Kabupaten Karangasem yang dibidik menjadi objek wisata kota pusaka antara lain adalah Puri Gede, Agung, Madura dan Puri Kelodan.
Purna melanjutkan, untuk menuju Karangasem sebagai destinasi kota pusaka, sudah dimulai dengan penataan pedestrian dan pertamanan di lingkungan Tenganan.
Persiapan lain yaitu, mempersiapkan infrastruktur dan renovasi bangunan di sejumlah desa kuno di Karangasem seperti di Bungaya, Timbra dan Asak.
“Pembangunan fisik dan infrastruktur bangunan kuno didukung bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp5 miliar. Untuk tahun 2016 hingga 2018, kami fokus penataan Kota Amlapura untuk renovasi taman dan bangunan bersejarah. Bantuan dari kementerian yang sama dengan total nilai Rp15 miliar,” papar dia menerangkan.
Purna menyatakan, perhatian terhadap bangunan bersejarah dilakukan agar tetap terjaga dan lestari bagi generasi mendatang. Perhatian ini diharapkan bisa direalisasikan di semua destinasi di Karangasem agar ada pemerataan objek wisata.
“Desa wisata pun kami tonjolkan dengan mempertahankan keunikan masing-masing. Jadi ada aktivitas ‘ngirisin tuak’ yang nanti bisa dijadikan paket wisata untuk turis,” ujar ia menambahkan.
Keindahan desa wisata di Kabupaten Karangasem yang sudah dijadikan tempat kunjungan wisatawan adalah Desa Sibetan. Pada desa ini, wisatawan dapat menyusuri kebun salak dengan panorama keindahan Gunung Agung.
Wisatawan pun bisa turut mempelajari proses penanaman tanaman salak dan membudidayakan, cara memanen dan mengolah buah menjadi ‘wine’.
Desa wisata lain yang sering difavoritkan wisatawan jika berkunjung ke Karangasem adalah Desa Jasri. Aktivitas masyarakat mencakup kegiatan memasak, membuat canang sari, atau trekking di lingkungan persawahan, menjadi atraksi wisata yang digemari pengunjung.
Menurut Purna, selama ini pihaknya sudah memberi persyaratan masing-masing desa wisata untuk menyiapkan satu kamar dengan standar hotel sebagai tempat menginap bagi turis. Nanti pihak desa adat yang menentukan di rumah penduduk siapa wisatawan nanti menginap, jadi ada unsur pemerataan pemasukan bagi penduduk.
“Tahun 2013 lalu, Kabupaten Karangasem mendapat penghargaan dari pusat untuk pengelolaan desa wisata Jasri. Selanjutnya kami siapkan desa-desa lain untuk dikemas jadi destinasi wisata. Dan bersyukur International Symposium for the Asia Heritage Network 2016 digelar di Karangasem, sekalian untuk mengenalkan potensi kabupaten ini ke dunia internasional,” katanya lagi menutup pembicaraan.
Artikel ini ditulis oleh: