Jakarta, Aktual.co —  Polisi Thailand mengungkapkan bahwa seorang tentara Thailand didakwa membunuh sesudah menembak mati dua rekannya di asrama tentara di daerah bergolak selatan.

Lebih dari 6.300 orang, sebagian besar warga, tewas dalam lebih dari satu dasawarsa perang tentara dan polisi dengan pemberontak, yang memperjuangkan swatantra lebih besar untuk berpenduduk sebagian besar suku Melayu, yang berbatasan dengan Malaysia.

Seorang tentara 57 tahun dari propinsi selatan, Phatthalung, pada Jumat menembaki asrama di kabupaten Yaring, propinsi Pattani, menewaskan dua tentara lain, kata kepala polisi setempat Montri Kongwatmai kepada AFP.

“Tentara itu membunuh dua tentara lain dan kemudian menyerah,” katanya, “Penyelidikan kami menunjukkan bahwa ia memiliki masalah pribadi dengan mereka.”

Tentara itu dituduh membunuh dan akan diadili di mahkamah tentara, tambah Montri.

Pada November, panglima tentara negara itu memperingatkan bahwa tekanan atas pasukan di selatan memerlukan dukungan lebih baik sesudah seorang wajib militer menembak mati empat petugas sebelum menembak dirinya.

Diperkirakan, 60.000 tentara dan polisi di daerah itu hampir tiap hari menghadapi serangan bom jalanan dan penyergapan dari kelompok pemberontak gelap. Mereka berbaur dengan masyarakat terpencil, yang pada umumnya menentang pemerintah Thailand, sebagian besar suku Siam, yang menjajah wilayah tersebut lebih dari seabad lalu.

Sementara sering menjadi sasaran serangan, pasukan keamanan juga dituduh melakukan pelanggaran luas hak asasi manusia atas warga berbudaya berbeda di selatan.

Itu termasuk pembunuhan warga dalam serangan atas terduga tempat persembunyian pegaris keras.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka