Jakarta, Aktual.com — Jajaran direksi tiga bank BUMN mengklaim pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar USD3 miliar telah berdampak positif terhadap likuiditas saat itu.

Bahkan mereka juga menepis dana ini dikucurkan ke nasabah yang tidak jelas. Justru dana ini digunakan untuk nasabah-nasabahnya yang sudah eksis dari dulu.

“Jadi pinjaman ini sebetulnya format refinancing saja. Tapi manfaat dari pinjaman ini untuk likuiditas. Makanya kami gunakan sebaik-baiknya,” tegas Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Asmawi Syam saat raker dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Selasa (1/3).

Bahkan dia menyebut, ketiga bank BUMN itu pasti memiliki data-data nasabah yang memiliki catatan rekor pinjaman yang baik. Nasabah-nasabah tersebutlah yang dinilai lebih aman untuk disalurkan dana dari CDB tersebut.

“Jadi pasti kami ini memilih nasabah-nasabah yang baik dan lancar. Makanya ini terkesan cepat dan mencurigakan cepat sekali,” kilah Asmawi.

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Achmad Baiquni menegaskan, dengan pinjaman itu justru telah membuat likuiditas perbankan menjadi lebih longgar.

“Saat itu (saat pinjaman dicairkan September 2015), likuiditas di perbankan nasional sedang bermasalah. Dengan adanya dana itu membuat rupiah semakin menguat,” tandasnya.

Bahkan dengan kondisi itu membuat likuiditas perbankan terutama di BNI semakin longgar. “Karena likuiditas di perbankan itu bagaikan darah,” tandas dia.

Pernyataan ini langsung dibantah anggota Komisi VI DPR, Wahyu Sanjaya. Menurut dia, pernyataan itu sangat berlebih dan menafikan Bank Indonesia yang selama ini sudah menjaga likuiditas perbankan nasional.

“Berapa besar pengaruhnya terhadap likuiditas perbankan nasional dari yang cuma USD 3 miliar? Sangat kecil. Saya ini ada di Panja APBN jadi biasa berhubungan dengan BI untuk membahas likuiditas,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka