Jakarta, Aktual.com — Pemerintah menargetkan penghematan devisa impor bahan bakar minyak jenis solar sebesar Rp27 triliun dari pemakaian biodiesel pada 2016.
Dirjen Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Rida Mulyana usai pelepasan perjalanan kendaraan yang memakai solar dengan campuran nabati 20 persen (B20) oleh Menteri ESDM Sudirman Said di sela ajang Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/2) mengatakan, pihaknya menargetkan campuran nabati (fatty acid methyl ester/FAME) ke dalam solar mencapai 6,48 juta kiloliter atau volume biodieselnya sekitar 32 juta kiloliter.
“Kami optimistis dengan target tersebut, sehingga nilai penghematan impor solarnya mencapai dua miliar dolar AS (Rp27 triliun),” katanya.
Penerapan B20 pada 2016, lanjutnya, juga akan mengurangi emisi karbondioksida setara 9-18 juta ton per tahun.
Rida mengatakan, pada 2015, realisasi penyerapan FAME hanya 905.000 kiloliter dengan nilai penghematan impor solar Rp5,1 triliun.
Dengan demikian, ada kenaikan penghematan devisa impor lebih dari lima kali lipat.
Realisasi penyerapan FAME pada 2015 itu, lanjutnya, hanya 53 persen dari target 1,7 juta kiloliter. “Penyebabnya antara lain karena penyerapan baru dimulai Agustus,” katanya.
Pada 2016, tambah Rida, penyerapan FAME akan mulai diterapkan untuk pembangkit listrik.
Sesuai ketentuan, pembangkit listrik dikenakan kewajiban mencampur FAME ke dalam solar sebesar 30 persen pada 2016. “Target penyerapan FAME ke dalam pembangkit tahun ini masih kecil. Total hanya 500 ribu kiloliter,” katanya.
Sementara, penyerapan FAME yang dicampur solar transportasi bersubsidi pada 2016 ditargetkan tiga juta kiloliter dan solar nonsubsidi juga tiga juta kiloliter.
Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, pemerintah telah bertekad mengurangi porsi impor BBM yang kini mencapai 700.000-800.000 barel per hari.
“Besar sekali porsi impornya. Sementara, Indonesia dikaruniai bahan baku biodiesel yang berlimpah,” katanya.
Menurut dia, pemerintah secara bertahap menata ulang kebijakan yang mengutamakan potensi energi baru dan terbarukan (EBT).
“Jika impor fosil bisa dikurangi dan beralih ke EBT, maka kedaulatan energi akan tercapai,” katanya.
Dampak positif pemakaian biodiesel juga dinikmati petani sawit yang mendapat kenaikan pendapatan hingga 10 persen.
Kendaraan dengan bahan bakar B20 itu akan kembali ke Jakarta, setelah sebelumnya menempuh perjalanan Jakarta-Bali.
BCEF yang berlangsung di Nusa Dua, Bali dibuka Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Kamis (11/2).
Forum, yang diselenggarakan Kementerian ESDM bersama International Energy Agency (IEA) diikuti 1.200 peserta dari 26 negara dan 19 lembaga internasional.
Hadir dalam forum antara lain Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Ali al-Naimi, Menteri Energi, Teknologi Hijau, dan Air Malaysia Maximus Johnity Ongkili, Menteri Pembangunan Internasional dan Pasifik Australia Steven Ciobo, dan Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.
Selain peluncuran kendaraan dengan memakai bahan bakar B20, sejumlah hasil BCEF antara lain penandatanganan kesepakatan energi bersih dengan nilai transaksi Rp47,2 triliun.
Lalu, peluncuran Clean Energy Center of Excellence (CoE) atau Pusat Keunggulan Energi Bersih.
CoE adalah pusat terpadu bagi penelitian, pengembangan hasil penelitian, pendidikan, peningkatan kapasitas pelaksanaan, hingga fasilitasi investasi dalam pengembangan energi bersih dengan tiga menu yakni informasi, teknologi, dan pendanaan.
Hasil BCEF lainnya adalah kesepakatan untuk memasok seluruh kebutuhan energi di Provinsi Bali dengan energi bersih dan koneksitas ketenagalistrikan dengan Malaysia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan