AirAsia Group mengkonfirmasi pengurangan karyawannya sebanyak 10 persen dari jumlah total 24 ribu karyawan pada minggu lalu. Langkah tersebut memastikan rumor pemutusan hubungan kerja beberapa waktu lalu akibat krisis keuangan yang dialami grup tersebut karena pandemi Covid-19.
Dalam wawancara dengan Buletin Utama TV3, CEO Grup AirAsia Tony Fernandes mengatakan langkah untuk mengurangi layanan perusahaan harus dilakukan lantaran realita sektor penerbangan yang kesulitan melakukan pemulihan dalam waktu dekat.
Tony pun berharap kelompok bisnisnya akan segera beroperasi dalam skala bisnis yang lebih kecil dan berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin karyawannya yang sudah dipecat.
“Kami sangat termotivasi untuk menang (bisnis) karena kami sangat termotivasi untuk mempekerjakan kembali dan menyediakan pekerjaan sebanyak mungkin. Apa pun yang ingin dikatakan orang, kami membangun perusahaan yang hebat karena 24 ribu orang hebat, dan kami kehilangan sebagian meskipun itu bukan karena kesalahan mereka. Jadi tanggung jawab saya adalah mencoba mendapatkan maskapai kembali (berdiri) dan memberi mereka pekerjaan lain,” kata dia, Jum’at (9/10) kemarin.
Seperti dilansir dari Bernama, pada awal Juni lalu, AirAsia sudah mengurangi lebih dari 250 karyawannya, imbas pandemi Covid-19.
Dalam wawancara tersebut, Fernandes juga setuju dengan pendekatan pemerintah untuk tidak menyelamatkan perusahaan penerbangan dengan suntikan modal. Tetapi taipan penerbangan ini mengatakan dukungan pinjaman untuk sektor-sektor kritis tetap diperlukan.
“Pemerintah sudah memasukkan paket stimulus ekonomi (PRIHATIN) yang bagus, dan itu cukup bagi kami. Itu tentu adil karena bukan bailout. Itu adalah pinjaman, dan kami harus mengembalikan pinjaman itu,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Megel Jekson