Kalimantan, Aktual.com – Kamera pengawas di hutan produksi di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur mendeteksi adanya keberadaan hewan badak. Badak itu terekam dalam foto dan video di di dekat Kampung Besiq, Kecamatan Damai.
Direktur Konservasi World Wildlife Fund (WWF) Arnold Sitompul mengatakan dari foto-foto dan video yang merekam kehadiran si badan, untuk sementara digolongkan dalam spesies Dicerhorinus sumatrensis.
Untuk mendapatkan gambar si badak ternyata juga bukan perkara mudah. Tapi melalui ‘perburuan’ sepanjang akhir 2013 hingga awal 2014 lewat survei di hutan-hutan di Kecamatan Damai. Sampai akhirnya ditemui jejak badak.
“Kami mendapati tapak kaki, bekas gesekan di batang pohon dan semak perdu yang patah,” kata Arnold, di Balikpapan, Senin (21/9).
Dari petunjuk-petunjuk itu, tim memasang hingga 200 kamera jebak di seantero hutan di titik-titik yang diduga menjadi lokasi bagi badak lewat, minum, berkubang hingga buang air. Cara ini membuahkan hasil. Sejumlah kamera menangkap gambar badan sedang mandi lumpur di kubangan di tengah hutan, minum di sungai ataupun hanya lewat di depan kamera.
“Saya bahkan bertemu langsung, dua kali,” kata Sugeng, anggota tim survai.
Dari perkiraan kasar sementara, jumlah hewan ini hidup di hutan tersebut tidak kurang dari 8 ekor. Perkiraan itu didapat dari gambar yang didapat selama survai. Yaitu jejak kaki berbagai ukuran, kemudian penampakan visual di kamera jebak, diduga kuat sekurangnya ada 8 badak bercula dua di rimba Kalimantan ini.
Dari jumlah itu, terindikasi pasti seekor betina dengan satu anaknya dan satu betina lainnya. Keberadaan jantan diindikasikan dari jejak tapak kaki selebar 23 centimeter (cm) yang dilihat tim survei.
“Seperti ini, ini betina yang kami kasih naman Naja, mengambil dari nama sungai tempat dia minum,” kata Sugeng sambil menunjuk foto seekor badak berkubang.
Dari ukuran tubuhnya, diduga Naja berusia 6-8 tahun dan berbobot tak kurang dari 750 kilogram (kg). Penemuan kembali badak di Kalimantan ini menggerakkan aksi penyelamatan terhadap satwa langka tersebut.
Adapun tim gabungan penyurvei badak itu terdiri dari WWF (Dana Satwa Internasional/ lembaga swadaya masyarakat yang berkhidmat pada pelestarian hewan-hewan yang terancam punah), Yayasan Badak Indonesia, Universitas Mulawarman, Pemkab Kutai Barat dan Pemkab Mahakam Ulu.
Artikel ini ditulis oleh: