Jakarta, Aktual.com – Kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua di pengujung tahun 2017 telah menelan puluhan korban jiwa yang kebanyakan anak-anak. Ironisnya, kasus serupa sudah terjadi berulang kali di Papua, sehingga tidak heran bila kemudian masalah kesehatan di wilayah paling Timur Indonesia terus menjadi sorotan dunia.
Kematian anak Papua dalam jumlah banyak terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Data menyebutkan sejak April hingga Juli 2017 sebanyak 50 balita meninggal di Distrik Tigi Barat, Kabupaten Deiyai dan Juli hingga Oktober 2017, sebanyak 35 anak meninggal di Kampung Yigi, Distrik Inikgal, Kabupaten Nduga.
Kasus teranyar, di Agast, Kabupaten Asmat, dinyatakan sebagai KLB gizi buruk dan campak yang telah menewaskan 70 orang balita sejak September 2017 silam. Seiring KLB, Tim Satgas Kesehatan Terpadu TNI menyisir sejumlah wilayah di Asmat dengan memberikan pelayanan kesehatan sebanyak 12.398 anak dan dari jumlah tersebut ditemukan 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk.
Persoalan kesehatan di Papua, terutama dilihat dari urutan terbesar kasus yang masih menjadi ancaman serius, adalah kasus gizi buruk, kesehatan ibu dan anak, diare, malaria, dan HIV-Aids. Kasus-kasus terkait kesehatan memperlihatkan bahwa anak-anak Papua sangat rentan terhadap penyakit sehingga ancaman kematian dalam jumlah besar masih mungkin terjadi pada masyarakat Papua di semua kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Apalagi, setelah Tim Satgas Kesehatan Terpadu TNI yang dibentuk atas perintah Presiden Joko Widodo diturunkan dan melakukan penyisiran, kenyataan kasus gizi buruk dan penyakit lainnya tidak hanya terjadi di Kabupaten Asmat tetapi wabah campak dan gizi buruk tetapi juga di wilayah Pegunungan Bintang yang berjarak 286 km dari Agats, ibukota Asmat.