Jakarta, Aktual.com — Jika kita berbicara asal mula Haji dan Hari Raya Idul Adha, marilah kita kembali ke kisah Nabi Ibrahim AS. Dimana zaman tersebut banyak perintah Allah SWT diturunkan kepada Nabi Ibrahim hingga kejadian-kejadian yang terjadi pada zaman tersebut diabadikan oleh Allah SWT menjadi ritual Haji seperti yang kita kenal sekarang.

Nabi Ibrahim AS diberikan cobaan oleh Allah SWT berupa susahnya mendapatkan seorang anak dari bunda Sarah. Padahal Nabi Ibrahim memerlukan seorang penerus dakwahnya jika ia kelak meninggal dunia.

Akhirnya atas permintaan Ibunda Sarah, Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Hajar hingga kelak lahirlah Nabi Ismail AS yang mana dari keturunannya nanti akan lahir Nabi yang mulia yaitu Nabi Muhammad SAW.

Sementara itu, akhirnya Bunda Sarah pun melahirkan Nabi Ishaq, dimana darinyalah kelak lahir Nabi Yakub AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Ayyub AS, Nabi Zulkifli AS, Nabi Syuaib AS, Nabi Yunus AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Alyasa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Zakariya AS, Nabi Yahya AS, dan Nabi Isa AS. Itulah sebabnya Nabi Ibrahim dikenal dengan sebutan Abul Anbiya (atau Ayah para Nabi).

Kelahiran Nabi Ismail AS membuat hati Nabi Ibrahim merasa gembira karena sudah begitu lama Nabi Ibrahim AS mendambakan seorang anak. Begitu Siti Hajar melahirkan, Nabi Ibrahim AS bersujud syukur dengan air mata mengalir membasahi janggutnya.

Bagi Nabi Ibrahim AS tiada hari tanpa senyum ‘si mungil’ Ismail. Beliau memandikan, menidurkan, serta mengajak Ismail berjalan-jalan.

Hingga suatu ketika kebahagiaan itu membuat murung Bunda Sarah sehingga singkat cerita Bunda Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim untuk membawa pergi Siti Hajar dan Nabi Ismail pergi jauh dari Palestina.

Mulailah perjalanan Nabi Ibrahim beserta Siti Hajar dan Nabi Ismail AS hingga tiba di suatu lembah gersang yang sunyi tak ada seorang pun disana. Tepat di antara dua bukit, bukit tersebut yaitu, Shafa dan Marwa, Nabi Ibrahim AS mendirikan sebuah tenda kecil yang sederhana.

Namun tak lama setelah itu perintah Allah SWT turun kepada Nabi Ibrahim untuk kembali ke negeri Palestina. Satu langkah, dua langkah, dan semakin jauh Nabi Ibrahim meninggalkan mereka hingga tak tampak lagi bayangan beliau.

Tiba-tiba Ismail menangis keras karena haus, tersentak Siti Hajar pun mencari air, ia berlari dari Shafa menuju Marwa begitupun sebaliknya sebanyak tujuh kali namun tidak menemukan air. Hingga sekarang ritual ini disebut Sa’yi.

Mukjizat Allah SWT diberikan kepada Nabi Ismail AS sehingga keluarlah air dari telapak kaki Nabi Ismail AS, hingga sekarang dikenal dengan air Zam-zam. Bertahun-tahun kemudian tempat itu berkembang menjadi kota Mekah.

Singkat cerita Allah SWT menyuruh Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih Nabi Ismail AS. Kemudian Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS ke daerah berbukit sejauh tujuh kilometer dari Mekah.

Tempat itu kemudian dinamakan Mina. Tempat jamah Haji bermalam sebelum dan sesudah pergi ke padan Arafah. Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya, godaan Iblis datang untuk melanggar perintah Allah SWT.

Melihat hal itu Nabi Ibrahim AS geram dan mengambil batu untuk menimpuk Iblis. Kemudian Allah SWT mengabadikannya dalam ibadah Haji yang sekarang dikenal dengan melempar Jumrah.

Setelah itu, tibalah Nabi Ibrahim AS menyembelih anaknya sesuai dengan perintah Alllah SWT. saat mata pedang ditempelkan di kulit tenggorokan Nabi Ismail, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba yang mana peristiwa ini dikenal oleh umat muslim sebagai Idul Adha.

Bertahun-tahun kemudian Nabi Ismail beranjak dewasa tumbuh menjadi pemuda yang saleh, cerdas, dan tampan. Kemudian turunlah perintah Allah SWT untuk membangun Kabah di dekat telaga Zamzam.

Ketika bekerja Nabi Ibrahim AS selalu berpijak kepada satu batu untuk meletakkan batu ke tempat yang lebih tinggi hingga telapak kaki Nabi Ibrahim membekas di batu tersebut.

Jika kita ke Masjidil Haram, kita dapat melihatnya dalam rongga berkaca dan batu tersebut dinamakan “Maqam Ibrahim”. Kemudian Allah SWT, memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyucikan Kabah dari segala macam berhala. Agar tempat itu dijaga kesuciannya untuk yang berthawaf dan beribadah. (Laporan Reporter Aktual.com: M Fikry Hizbullah)

Artikel ini ditulis oleh: