Jakarta, Aktual.co — Pemerintah diminta untuk lebih transparan dan terbuka dalam penetapan harga bahan bakar minyak jenis premium yang mekanisme berubah setiap kurun waktu tertentu.
“Penetapan harganya memang terlalu banyak parameter dan itu belum dibuka terang benderang ke masyarakat. Tapi ini perlu disampaikan juga kepada masyarakat supaya tidak ada kecurigaan,” kata Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo di Jakarta, Jumat (5/6).
Parameter yang digunakan pemerintah dalam penetapan harga BBM jenis premium, diakui Maxensius memang terlampau rumit. Namun, dengan mulai terbuka dan transparan dalam penetapan harga itu, pemerintah akan mulai melakukan edukasi energi ke masyarakat.
“Saya belajar dari Singapura, setiap kali ada kenaikan, akan ada edaran sebelumnya di koran-koran dan disebutkan kenaikannya itu mencakup untuk menutup biaya kenaikan dan sebagainya, itu dijelaskan termasuk siapa yang menikmati kenaikan harga BBM,” katanya.
Maxensius juga menuturkan, keterbukaan juga harus diterapkan dalam penetapan harga komoditas lain yang disubsidi termasuk biodiesel dan transportasi publik.
Terkait rencana pemerintah dan PT Pertamina (Persero) untuk merevisi kenaikan harga BBM dari sebulan sekali menjadi tiga bulan sekali, peneliti tamu di Institute of Southeast Asian Studies Singapura itu menilai keputusan itu tepat.
“Kalau sebulan sekali berubah kan agak repot, termasuk untuk hitungan ekonomi, memang tiga bulan itu lebih ideal dan lebih pas untuk hitung-hitungannya,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh: