Jakarta, Aktual.com – Kepolisian Filipina mengungkapkan bahwa seorang walikota di Filipina selatan yang masuk dalam daftar Presiden Rodrigo Duterte sebagai tersangka teratas pengedar obat bius tewas dalam razia menjelang fajar di rumahnya di Pulau Mindanao.
Reynaldo Parojinog merupakan walikota ketiga yang tewas dalam penumpasan narkotika berdarah oleh pemerintah. Parojinog, walikota Ozamiz, tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan yang melaksanakan tugas di rumahnya.
Beberapa pucuk senjata dan obat terlarang sejenis sabu-sabu (methamphetamin) yang belum diketahui berapa besar jumlahnya disita daruirumah walikota itu, kata Kepala Kepolisian Mindanao Utara, Timoteo Pacleb, kepada wartawan.
“Polisi mendapat serangan…sehingga polisi membalas,” kata Pacleb, Minggu (30/7).
Beberapa orang lain, termasuk istri Parojinog, tewas dalam penggerebekan itu.
“Keluarga Parojinog, jika Anda ingat, termasuk dalam daftar Presiden Duterte tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang,” kata Ernesto Abella, juru bicara presiden, dalam sebuah pernyataan.
Pada November, walikota Albuera di Leyte bagian tengah Filipina yang Duterte minta untuk menyerah karena dugaan keterlibatannya dalam peredaran obat bius, tewas dalam baku tembak di dalam sel tahanannya.
Duterte telah berjanji melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang walau menerima kritik dari berbagai kelangan khususnya kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Walikota lainnya yang diduga terlibat dalam aktivitas itu di bagian selatan Mindanao dan sembilan orangnya tewas dalam baku tembak di sebuah tempat pemeriksaan polisi di Cotabatu pada Oktober.
Para pengeritik mengatakan Duterte tutup mata atas ribuan kematian selama operasi-operasi oleh polisi yang melakukan eksekusi para pengedar obat terlarang itu.
Polisi mengatakan mereka telah membunub para tersangka sebagai bela diri dan membantah keterlibatan dalam serangkaian pembunuhan para pengedar obat terlarang.
Dalam beberapa jumpa pers dan kegiatan publik Presiden Duterte menunjukkan sebuah buku tebal yang dikatakannya berisi nama-nama pejabat yang diduga terkait dengan perdagangan obat terlarang. Buku itu berisi sekitar 3.000 nama.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka