Jember, Aktual.com – Keberadaan Kabupaten Jember yang berada di Provinsi Jawa Timur secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis dengan berbagai potensi sumber daya alam yang potensial, sehingga banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk digali dan dikaji.
Di beberapa sudut kawasan kota Jember terdapat bangunan bersejarah yang tidak semua warga kabupaten setempat mengetahuinya, sehingga pihak pencetus Angkutan Wisata Jember dari Tamasya Bus Kota (TBK) Hasti Utami yang didukung oleh Dinas Perhubungan Jember menawarkan paket wisata City Tour untuk mengenalkan bangunan bersejarah di kawasan kota.
Menjelajah kawasan kota Jember untuk mengenal beberapa bangunan bersejarah, menjadi salah satu alternatif wisata edukasi yang bisa dinikmati masyarakat, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan untuk menekan penyebaran COVID-19 selama pandemi.
City Tour yang dikemas secara asyik selama tiga jam dengan menggunakan angkutan lin klinting kuning atau bus wisata edukasi milik Dinas Perhubungan Jember itu diawali dengan mengunjungi Gereja Katholik Paroki Santo Yusup yang berada di Jalan Kartini yang dibangun tahun 1927 itu merupakan salah satu jejak heritage di Jember.
Guide City Tour yang juga pengelola TBK Hasti Utami mengatakan rute wisata heritage diawali di Gereja Paroki Santo Yusup, kemudian di Masjid Jami’ Baitul Amin yang lama dan baru, dilanjutkan ke Menara air Pasar Tanjung, kompleks toko pecinan di Jalan Sultan Agung, bangunan sejarah awal perkebunan di Jember di Kantor PTPN XII, masjid Roudhlotul Muchlisin, dan berakhir di kafe Rollas.
Saat berada di gereja, wisatawan juga diberi buklet tentang Gereja Paroki Santo Yusup, kemudian salah satu pastor Romo Robertus Andi Priyambada O Charm menjelaskan perihal struktur gereja paroki dan beberapa ornamen yang ada di dalam gereja tersebut, sehingga wisatawan mengetahui secara detail tentang gereja Katholik tersebut.
Setelah dari gereja, rombongan wisatawan City Tour diajak ke Masjid Jami’ Al Baitul Amien yang lama dan baru yang merupakan masjid tertua di Jember karena masjid Jami’ lama dibangun sejak zaman kolonial Belanda dan terdapat jam matahari yang menggunakan patokan sinar matahari untuk menentukan waktu shalat.
Hasti menjelaskan bahwa zaman dahulu masih belum ada jam, sehingga pengurus masjid menggunakan jam matahari dengan melihat bayangan dari batang besi yang digunakan sebagai patokan untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu saat itu.
Tidak jauh dari jam matahari itu, ada tugu titik 0 Jember yang berada di luar pagar masjid jami’ lama yang menandakan bahwa titik tersebut merupakan titik nolnya Jember.
Dari masjid lama menuju masjid Jami’ Al Baitul Amien baru melewati jembatan penyeberangan yang memang menghubungkan dua masjid tersebut. Bangunan masjid itu tergolong unik dan ikonik karena kubahnya berwarna hijau mirip atap Gedung DPR RI di Senayan Jakarta.
Kubah bundar itu menggambarkan meluasnya kebutuhan seluruh umat manusia tanpa dibatasi dengan sudut-sudut tertentu yang akhirnya diaplikasikan pada bentuk kubah masjid yang berjumlah tujuh dan memiliki 17 tiang penyangga memiliki filosofi tertentu.
Dari masjid Al Baitul Amien, wisatawan mengunjungi bangunan bersejarah lainnya di Menara air Pasar Tanjung yang menjadi ikon bersejarah di Kabupaten Jember.
Hasti mengatakan Pasar Tanjung itu memiliki nilai sejarah karena gema Proklamasi di Jember pertama kali diperdengarkan dari Radio RRI yang berada di Kantor Mantri Pasar.
“Menara air Pasar Tanjung itu ada sejak sejarah perkebunan Jember dan memang salah satu bangunan heritage di Jember karena berdasarkan tahun penanda di pintu masuk menara air itu tertulis tahun 1932,” katanya.
Menara air peninggalan Belanda itu menjadi heritage yang masih meninggalkan jejak berupa bangunan menjulang tinggi yang kokoh dan khas, sehingga wisatawan City Tour naik ke rooftop Pasar Tanjung untuk melihat bangunan bersejarah itu sambil berswafoto.
Perjalanan wisatawan kemudian menuju ke Gedung NV. Landbouw Maatschappij Oud Djember (LMOD) yang merupakan bangunan sejarah perkebunan di Jember yang telah ada sejak tahun 1859.
Hasti mengatakan bangunan yang kini menjadi Kantor PTPN XII itu merupakan cikal bakal perkebunan di Jember, bahkan di Indonesia karena sejarah perkebunan memang bermula dari Jember dan arsitektur bangunan Belanda tersebut masih terpelihara dengan baik dengan ciri khasnya.
NV. LMOD merupakan nama usaha dagang yang didirikan oleh George Birnie di sektor perkebunan dengan komoditas awal usaha perusahaan pada zaman itu adalah tembakau, yang kemudian meuas ke ke kopi dan gula.
Setelah berkeliling ke NV LMOD, wisatawan kembali diajak berkeliling menyusuri Jalan Gajah Mada untuk melihat sejumlah bangunan kuno di sepanjang jalan dan singgah di Masjid Roudhlotul Muchlisin yang juga masjid ikonik di Kabupaten Jember.
Setelah mengelilingi sejumlah lokasi wisata heritage, wisatawan diajak beristirahat sambil ngopi di Cafe Rollas yang bangunannya juga bersejarah karena dulunya berfungsi sebagai wisma perusahaan LMOD dan kini masih dikelola PTPN XII yang diubah menjadi sebuah kafe dengan bangunan kuno.
“Berkeliling kota Jember dengan mengenal beberapa bangunan bersejarah di kawasan kota menjadi salah satu trip yang mengasyikan sebagai wisata edukasi dan heritage dengan tiket cukup murah yakni Rp17.500 per orang,” katanya.
Salah satu wisatwan Fitri mengaku senang dengan City Tour yang mengenalkan beberapa bangunan bersejarah di kawasan kota Jember, sehingga menambah wawasannya.
City Tour menjadi salah satu trip wisata yang ditawarkan Angkutan Wisata Jember dengan memanfaatkan angkutan kota berupa lin klinting kuning dan bus Dishub.
Transportasi konvensional
Sejumlah trip wisata yang ditawarkan Angkutan Wisata Jember menggunakan transportasi konvensional seperti angkutan kota, becak, ojek konvensional dan angkutan desa yang selama ini terpuruk akibat pandemi dan PPKM.
Para sopir angkutan wisata tersebut sudah dibekali keterampilan dalam melayani para pelancong yang datang ke Jember, sehingga siap melayani wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Kepala Dinas Perhubungan Jember Siswanto mengatakan program Angkutan Wisata Jember yang dilakukan bersama “Tamasya Bus Kota” dapat membantu para sopir angkutan umum yang kondisinya terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Program angkutan wisata itu diharapkan dapat mempromosikan wisata di Jember yang berdampak pada meningkatnya kunjungan wisata dan nilai tambah bagi para pengemudi angkutan umum.
Dengan menggandeng sopir transportasi konvensional diharapkan dapat mendongkrak perekonomian yang terdampak akibat pandemi di Jember, sehingga geliat transportasi dan pariwisata bisa bangkit perlahan-lahan.
Diharapkan trip wisata yang digagas oleh Angkutan Wisata Jember dapat menjadi penghasilan tambahan para sopir angkot, tukang becak, angkutan desa, dan sopir transportasi konvenasional lainnya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Nurman Abdul Rahman