Kekurangan lahan di sektor properti juga berpengaruh pada backlog atau ketimpangan terhadap kebutuhan rumah. Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan backlog telah mencapai 11,6 juta rumah.
Faisal menambahkan, sistem bangunan menggunakan bahan bangunan kayu rekayasa tahan api dinilai dapat memenuhi kebutuhan perumahan yang terjangkau dengan cara yang ramah lingkungan, hemat biaya dan efisien (cepat). Rumah kayu juga dianggap sebagai solusi tepat dan memadai karena berkualitas terjangkau dan memiliki keberlanjutan jangka panjang.
Menurut Laporan McKinsey Global Institute terdapat 330 juta rumah tangga perkotaan di seluruh dunia yang tinggal di perumahan di bawah standar. Sekitar 200 juta rumah tangga di negara berkembang tinggal di daerah kumuh.
MGI memprediksi pada 2025, sekitar 440 juta rumah tangga perkotaan di seluruh dunia setidaknya 1,6 miliar orang akan menempati perumahan yang tidak memadai, tidak aman, karena tidak punya akses finansial.
Terobosan teknologi properti seperti penggunaan produk kayu kimia tahan api non-polusi dalam bahan bangunan rumah kayu menjadi pilihan sebagai langkah antisipasi agar prediksi MGI tidak terjadi.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Wisnu