Jakarta, Aktual.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan ketertarikannya terhadap fasilitas penyimpanan perikanan yang menggunakan “liquefied natural gas” (LNG) atau gas alam cair yang ramah lingkungan seperti yang dimiliki perusahaan Japan Super Freeze (JSF).
Dalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang diterima di Jakarta, Kamis (13/4), Menteri Susi dan rombongan menyambangi kantor JSF di Miura, Jepang, Selasa (11/4), melakukan studi banding teknologi pengawetan tuna setelah ditangkap.
Menurut Presiden JSF Shigeru Hamada, di seluruh dunia hanya perusahaannya yang satu-satunya menggunakan LNG. Hal tersebut dilakukan karena biaya listrik sangat mahal.
Selain itu, ujar Hamada, JSF memiliki pendingin hingga minus 60 derajat celcius yang dapat mempertahankan kualitas daging ikan tangkapan hingga jangka waktu selama berbulan-bulan.
Adapun “cold storage” atau fasilitas pendingin tempat penyimpanan tangkapan ikan milik KKP yang ada di Indonesia hanya memiliki pendingin hingga sekitar minus 20 derajat celcius.
Hamada menambahkan, ikan tuna yang disimpan di JSF merupakan hasil tangkapan dari berbagai negara, dengan Taiwan sebagai pemasok terbesar. Menurut dia, JSF dapat menampung ikan tuna hingga 11 ribu ton.
Menteri Susi mengemukakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk mengembangkan tempat penyimpanan ikan menggunakan LNG seperti yang dikembangkan Jepang, mengingat banyak tempat di Indonesia yang memiliki sumber gas alam cair.
Namun Menteri Susi menyadari, pengembangan fasilitas serupa JSF membutuhkan biaya yang tak sedikit, yaitu mencapai sekitar 300 juta dolar AS.
Untuk itu, Menteri Susi mengundang investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk ikut berinvestasi guna mewujudkan pembangunan fasilitas tersebut.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga telah menyatakan berencana mengajak pengusaha Jepang agar mau berinvestasi di Indonesia berupa radar canggih pendeteksi semua benda di laut.
Menteri Susi dalam rilis yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu, menyebutkan bahwa radar canggih itu juga untuk menghindari kejadian serupa di Raja Ampat yang telah merusak terumbu karang akibat kandasnya kapal MV Caledonian Sky.
“Mau minta radar seperti yang sudah dipasang di Wakatobi, jadi model kapal seperti kemarin di Raja Ampat bisa terdeksi ke mana dari jarak 250 kilometer,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan.
Dengan demikian, menurut Susi, kapal tersebut juga bisa mendeteksi kapal mana saja yang masuk ke titik yang menjadi bagian dari kawasan konservasi perairan nasional.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan