Jakarta, Aktual.com – Tujuh partai besar sepakat membentuk ‘Koalisi Kekeluargaan’ di Jakarta pasa Senin 8 Agustus 2016 lalu. Ketujuh partai itu adalah PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, PKB, PKS, PPP, dan PAN.

Koalisi Kekeluargaan melahirkan tujuh kriteria calon pemimpin Jakarta. Tujuh kriteria itu masing-masing arif, bijaksana, beradab, santun, beretika, bersih dan cerdas. Kriteria itu merupakan usulan dari seluruh anggota Koalisi Kekeluargaan.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir berharap Koalisi Kekeluargaan ini ke depan akan mengkristal dan menjadi kekuatan besar yang mampu menghadang calon petahana Pilkada DKI Basuki Tjahaja Purnama.

“Mudah-mudahan Ahok ga kepilih gitu. Deg-degan juga dengan adanya Koalisi Kekeluargaan, kan Ahok ga ada semuanya pada syarat koalisi, pada tujuh kriteria itu tidak ada,” tegasnya dalam diskusi ‘Tolak Ahok, Tolak Pemimpin Kafir di Jakarta, Rabu (10/8).

Diskusi digelar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam agenda Halaqah Islam dan Peradaban. Diskusi dihadiri ratusan umat Islam Jakarta.

Disampaikan Ustadz Bachtiar, kepemimpinan warisan Joko Widodo kepada Ahok sangat jelas bertentangan dengan Koalisi Kekeluargaan. Kepemimpinan Ahok juga bertentangan dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri.

“Dan memang pola kepemimpinan dia bertentangan dengan Mega. Karena ciri marhain itu anti proxy, kedua berpihak pada wong cilik. Kalau Ahok tajam ke bawah tumpul ke atas,” jelasnya.

Laporan: Soemitro

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby