Jakarta, Aktual.com – Meski puluhan pekerja seksual di kawasan prostitusi Kalijodo, Jakarta Utara telah menyadari bahwa dirinya mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV), namun tidak semua berkenan untuk mengobati dirinya dari penyakit tersebut.
“Dari 72 (pasien HIV) itu ada yang bersedia mendapat pengobatan dan ada yang belum,” ucap koordinator Poli IMS Puskesmas Pejagalan, dr. Mulia Suryandari kepada Aktual.com, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (17/2) sore.
Belum berkenannya para pekerja seksual tersebut, menurut Mulia bisa dikarenakan karena mereka takut identitasnya diketahui. Sehingga dirinya terancam dijauhi teman-temannya dan tidak lagi dilirik pelanggan.
“Padahal, kita sudah menyakinkan pasien juga bahwa confidential tetap dijaga. Tapi kan, namanya orang kalau tidak mau kita tidak bisa memaksa,” tutur dia menambahkan.
Sambung Mulia, dalam proses pengobatan pasien HIV memang menuntut pasiennya untuk meluangkan waktu sebanyak empat hari. Sehingga dapat menimbulkan kecurigaan dari teman atau pemilik kafe mereka.
“Dalam empat hari itu yang pertama ‘rontgen’ dada, fungsi hati, pemeriksaan dahak dan screening CD4,” tutur Mulia menjelaskan.
Lanjut Mulia, guna menghindari kecurigaan tersebut, biasanya ia memisahkan pasien tersebut dari pasien lainnya. Karena biasanya, para pasien dari Kalijodo tidak datang seorang diri.
“Jadi biasanya kita janjian dulu hari apa bisanya,” ucapnya.
Untuk itu, dirinya sangat berharap bagi siapapun yang mengidap HIV agar segera dapat memeriksa dan mengobatinya. Terlebih saat ini harga untuk memeriksa penyakit tersebut tergolong murah. Yang mana pasien hanya diwajibkan membayar Rp 180 ribu dan sudah dapat dilakukan rontgen dada, pemeriksaan fungsi hati, ginjal, dahak. Bilamana pasien ingin juga memeriksa CD4 (Limfosit CD4, bagian dari sel darah putih yang diserang HIV), pasien cukup menambah Rp 60 ribu.
Artikel ini ditulis oleh: