Hal ini juga menjadi peringatan terkait dampak perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara Tirai Bambu itu.
Di tengah perlambatan, diler-diler mobil China yang tertekan meminta dorongan pemerintah untuk merevitalisasi pertumbuhan karena khawatir penuruan ini akan terus terjadi.
Industri kendaraan di China juga mengalami perubahan aturan dalam satu dekade terakhir, yakni mengizinkan pabrikan mobil asing memiliki saham mayoritas pada usaha patungan lokal (joint venture).
Perusahaan mobil mewah Jerman BMW mengatakan, Kamis (11/10), akan mengambil alih saham perusahaan lokal di China senilai 4,2 miliar dolar AS (Rp 63,9 triliun).
(Wisnu/Ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara