Jakarta, aktual.com – Di tengah aksi demonstrasi menuntut pembatalan tunjangan DPR yang memanas di Jakarta, sejumlah anggota Komisi XI DPR justru melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Wina, Austria.
Rombongan ini dipimpin Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra, M Hekal Bawazier, bersama mitra kerja yakni Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kunjungan berlangsung pada 25–27 Agustus 2025 dan belakangan berbuntut panjang.
Tidak hanya Hekal, dua kader Gerindra lain, I Dewa Agung Widiarsana dan Anissa Mahesa, juga ikut dalam rombongan ke kota klasik tersebut. Padahal, kader partai dianggap seharusnya memberi teladan di tengah kebijakan Presiden Prabowo yang mengimbau penghematan anggaran.
Usai kegiatan itu, kabar duka datang. Muhammad Athaya Helmi Nasution, mahasiswa asal Indonesia yang menempuh studi di Belanda, meninggal dunia saat mendampingi rombongan DPR dan mitranya. Mahasiswa yang seharusnya berulang tahun ke-19 pada Oktober mendatang itu wafat ketika menjalankan tugas sebagai pemandu.
Melalui akun Instagram resminya, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda menyampaikan belasungkawa mendalam. “Turut berduka atas meninggalnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution, yang merupakan anggota PPI Groningen, dalam rangka mendampingi sebuah kunjungan tertutup yang melibatkan pejabat publik (DPR, BI dan OJK) pada 25-27 Agustus 2025 di Wina, Austria,” tulis PPI Belanda, Selasa (9/9/2025).
Hasil autopsi menunjukkan Athaya diduga mengalami heatstroke akibat kelelahan, kurang cairan, asupan nutrisi tidak cukup, hingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia, yang berujung pada stroke. Ia menghembuskan napas terakhir di penginapan pada Rabu (27/8/2025). Ironisnya, menurut PPI, pihak Event Organizer (EO) maupun Liaison Officer (LO) tidak memberi perhatian.
“Tidak ada permintaan maaf maupun pertanggungjawaban dari pihak EO maupun koordinator LO, termasuk pejabat publik kepada keluarga almarhum yang datang ke Wina, untuk mengurus jenazah,” tulis PPI Belanda.
Disebutkan pula, saat mahasiswa itu meninggal, pihak EO dan LO justru sibuk menyiapkan jamuan makan rombongan Komisi XI DPR bersama pejabat BI dan OJK. Keluarga korban juga menilai ada indikasi penutupan informasi mengenai detail kegiatan yang dipandu almarhum.
Upaya konfirmasi media kepada Wakil Ketua Komisi XI DPR, M Hekal Bawazier, tidak mendapat respons. Pesan yang dikirim melalui WhatsApp juga tidak dijawab.
Atas kejadian tersebut, PPI Belanda melayangkan enam tuntutan, di antaranya menegaskan bahaya keterlibatan mahasiswa dalam memfasilitasi kunjungan pejabat, menolak praktik tersebut tanpa perlindungan hukum, serta mendesak akuntabilitas EO, LO, dan pihak KBRI agar menghentikan pelibatan mahasiswa dalam agenda resmi pejabat publik di luar negeri tanpa koordinasi resmi dengan PPI.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















