Jakarta, Aktual.com – Tiga ledakan bom bunuh diri terjadi di pusat ibu kota Uganda dan membuat anggota parlemen berlarian mencari tempat berlindung ketika mobil-mobil terbakar.
Menurut saksi dan polisi, sedikitnya tiga orang tewas dalam insiden terbaru pengeboman yang beberapa kali terjadi dalam sebulan terakhir itu.
Sedikitnya 33 orang dirawat di Rumah Sakit Mulago, lima di antaranya dalam kondisi kritis, kata juru bicara kepolisian Fred Enanga.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Kelompok pemberontak Somalia al Shabaab yang terkait dengan al Qaida telah melakukan sejumlah serangan mematikan di Uganda.
Kelompok lain, Pasukan Demokratik Sekutu (ADF) yang terlibat dengan ISIS, mengaku melakukan serangan pertama di Uganda bulan lalu.
“Intelijen kami juga mengindikasikan (pelaku pengeboman ini) adalah kelompok-kelompok teror domestik yang terkait dengan ADF,” kata Enanga.
Tiga ledakan tersebut, yang -pertama terjadi di dekat kantor polisi pusat dan yang kedua sangat dekat dengan gedung parlemen– membuat karyawan kantor panik mencari perlindungan.
Tubuh mereka berlumuran darah akibat terkena pecahan kaca dan gumpalan asap putih terlihat membubung ke udara di kawasan pusat kota itu.
Seorang pengebom bunuh diri memicu ledakan pertama di dekat pos pemeriksaan kantor polisi dan menewaskan dua orang, kata Enanga.
Dua pengebom lainnya dengan sepeda motor juga meledakkan diri dan menewaskan satu orang.
“Suara ledakan seperti senjata besar yang meledak. Tanah bergetar, telinga saya nyaris tuli,” kata Peter Oluput, satpam bank berusia 28 tahun yang berada dekat gedung parlemen saat kejadian.
“Saya melihat sebuah kendaraan terbakar dan semua orang berlari dan panik. Saya melihat seorang pengedar boda boda (sepeda motor), kepalanya terkena ledakan dan berlumuran darah.”
Wartawan Reuters melihat mobil-mobil terbakar di balik garis polisi di lokasi kejadian dan seorang peliput TV lokal NTV Uganda mengatakan dia melihat dua tubuh manusia tergeletak di jalan.
Tentara Uganda bertempur dengan al Shabaab di Somalia sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.
Al Shabaab melakukan sejumlah pengeboman di Uganda, termasuk serangan pada 2010 yang menewaskan 70 orang saat sedang menyaksikan pertandingan Piala Dunia.
Bulan lalu, ADF mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Uganda dengan bom yang dicampur dengan pecahan metal dan menewaskan seorang pramusaji restoran.
Pada bulan lalu pula polisi Uganda mengatakan seorang pengebom bunuh diri telah meledakkan sebuah bus yang menewaskan dirinya dan melukai orang-orang lainnya. Hubungan pelaku dengan kelompok teror masih belum jelas.
ADF awalnya dibentuk di Uganda, tapi kini basis utama mereka ada di pegunungan berhutan di Republik Demokratik Kongo yang berbatasan dengan Uganda.
ADF dan al Shabaab sering menggunakan alat peledak dan keduanya dituduh telah membunuh ribuan warga sipil. (Reuters)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin