Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kiri) bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (tengah) dan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa (kanan) saat acara pelantikan pengurus pimpinan pusat Muslimat Nahdlatul Ulama dan peringatan Harlah Muslimat NU yang Ke 71 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (28/3/2017). Acara Pelantikan Pengurus dan Peringatan PP Muslimat NU yang Ke 71 Tahun mengangkat tema 'Satukan Langkah Membangun Negeri, Menjaga NKRI'. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dilantik sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU periode 2017-2022. AKTUAL/Munzir
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj (kiri) bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (tengah) dan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa (kanan) saat acara pelantikan pengurus pimpinan pusat Muslimat Nahdlatul Ulama dan peringatan Harlah Muslimat NU yang Ke 71 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (28/3/2017). Acara Pelantikan Pengurus dan Peringatan PP Muslimat NU yang Ke 71 Tahun mengangkat tema 'Satukan Langkah Membangun Negeri, Menjaga NKRI'. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dilantik sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU periode 2017-2022. AKTUAL/Munzir

Cirebon, Aktual.com – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menutup Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang berlangsung di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin, Cirebon, Kamis (27/4).

Kongres yang digelar selama tiga hari, 25-27 April 2017, disampaikan Menag sebagai kegiatan yang luar biasa. Bukan hanya substansi acaranya, melainkan juga materi yang dibahas berikut rekomendasi yang dihasilkan.

“Sejujurnya saya merasa kongres ini luar biasa. Tidak hanya karena substansi yang dikaji, hasil dan rekomendasi yang dilahirkan, tapi karena juga prosesnya yang sepenuhnya berasal dari inisiatif kaum perempuan,” kata Lukman.

Ada tiga makna strategis dari KUPI, yaitu terkait relasi, revitalisasi, dan moderasi. Makna relasi karena berhasil memperjuangkan keadilan melalui kesadaran peran dan relasi hubungan laki-laki dan perempuan.

Makna strategis kedua, kongres telah merekognisi dan merevitalisasi peran ulama perempuan yang sudah berlangsung bahkan sejak zaman Siti Aisyah, istri Rasulullah, hingga tokoh perempuan Indonesia.

“Selain rekognisi dan revitaliasi, yang tidak kalah penting adalah membangun jaringan ulama perempuan,” jelas Lukman.

Makna terakhir, KUPI berhasil meneguhkan dan menegaskan bahwa moderasi Islam harus senantiasa dikedepankan. Islam yang moderat, rahmatan lil alamin, tidak menyudutkan posisi kedudukan perempuan, dan menebarkan kemaslahatan bagi sesama harus terus dikembangkan.

“Isu ini sangat relevan dan perempuan telah mengambil peran strategis melalui kongres ini dengan menghadirkan isu moderasi Islam sehingga bisa berkontribusi bagi pembangunan peradaban dunia,” jelasnya.

Sekretaris panitia Ninik Rahayu sebelumnya melaporkan ide penyelenggaraan kongres sudah dibahas sejak lama. KUPI pada akhirnya menjadi oase ulama perempuan tentang pentingnya peran perempuan dalam meneguhkan nilai Keislaman, Kebangsaan, dan Kemanusiaan.

Dalam tiga hari penyelenggaraan, KUPI membahas dan menghasilkan rekomendasi terkait tiga isu besar. Yakni kekerasan seksual, perkawinan usia anak, serta kerusakan lingkungan.

KUPI diikuti oleh 574 peserta dari 1.275 yang mendaftar dan 185 pengawas. KUPI kali pertama ini mengangkat tema ‘Peran Ulama Perempuan dalam Meneguhkan nilai ke-Islaman, kebangsaan, dan kemanusiaan.’

Artikel ini ditulis oleh: