Jakarta, Aktual.com – Peringatan upacara Hari Santri Nasional di Monumen Nasional (Monas), menjadi momentum untuk pemerintah dan seluruh elemen bangsa untuk mengevaluasi diri.
Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama, KH Said Aqil Siraj mengatakan ada tiga hal menjadi sorotan bagi pemerintah yang harus perlu dibenahi untuk kedamaian umat dan bangsa.
Menurut dia persoalan pertama, terkait ancaman yang kembali terjadi dilakukan kelompok-kelompok radikal yang mengganggu stabilitas politik nasional.
“Kami, NU tidak menutup mata bahwa kelompok radikal, masih menjamur di Indonesia. Kami mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para santri untuk memeranginya,” kata Said Aqil di lapangan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu, (22/10).
Kedua, terkait kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin masih tinggi. Menurutnya kesenjangan tersebut terjadi lantaran penbangunan yang belum merata di Indonesia.
“Kesenjangan sosial masih tinggi, belun terasa untuk menyentuh rakyat miskin,” ujar Said Aqil.
Tantangan terakhir terkait masalah Narkoba. Baginya bukan hanya menjadi perhatian khusus pemerintah pusat saja. Kata Said, itu menjadi pekerjaan rumah bersama para Ulama, dan para santri.
“Lebih dari empat juta jiwa memakai narkoba, itu data yang menunjukan. Kami harap turut serta para ulama dan santri untuk perangi narkoba,” terangnya.
Diketahui, Ribuan Santri memadati pelataran Monumen Nasional (Monas), untuk memperingati Upacara Hari Santri Nasional dengan tema “Merajut Kebinekaan dan Persatuan Indonesia’.
“Peringatan hari santri, diikuti sekitar 50.000 ribu santri dari Jabodetabek yang mengikuti upacara ini,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Imam Pituduh.
Sementara itu, para tokoh yang hadir memperingati upacara hari santri ini diantaranya Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj, Menteri Pemuda dan Olah Raga, Nahrawi Ramli.
Kemudian Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PPP, Arsul Sani, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta, Saefulloh, dan para tokoh pemuka agama.
Fadlan Syiam Butho
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan