Jakarta, Aktual.com-Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalam penutupan Tanwir I Pemuda Muhammadiyah yang digelar di Narita Hotel, Tangerang, Banten, Rabu (30/11). Dalam kesempatan ini Jokowi meminta pemuda Muhammadiyah untuk menjaga persatuan bangsa.
“Ada 700 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal berbeda-beda, bermacam-macam, beragam inilah kemajemukan kita, anugerah Allah yang patut kita syukuri, inilah kekuatan kita yang bisa kita tunjukkan ke negara lain, meski beda tetap satu,” katanya.
Indonesia memiliki 516 kabupaten/kota dengan berbagai keberagaman yang harus dirawat dan dijaga. Presiden juga bercerita tentang kunjungan kerjanya ke 34 provinsi dan hampir separuh kabupaten/kota yang ada di Indonesia.
Dari perjalanan-perjalanan itulah, ia menyadari betapa Indonesia memiliki beragam kebhinekaan. “Jangan sampai ada satupun di antara kita yang tidak menyadari itu, kita ingin ingatkan bahwa kita memang beragam,” ujarnya.
Pesannya yang kedua kepada para peserta Tanwir I Pemuda Muhammadiyah yakni terkait media sosial. “Saya juga titip ini masalah etika sopan santun, akhlak dalam berbicara di media sosial. Coba kita lihat dalam sebulan belakangan ini apa yang ada di media sosial, kita saling mencela, saling menghujat, saling menjelekkan, saling mengejek, saling mengadu domba. Banyak fitnah di situ, banyak kebohongan di situ, apakah ini tata nilai Islami,” tuturnya.
Oleh karena itulah, Presiden menekankan perlunya dakwah melalui media sosial. Ia mengajak para pemuda untuk menyampaikan tentang integritas, kejujuran, dan optimisme melalui media sosial. Hal ketiga yang dipesankan Presiden yakni terkait upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa.
“Ada tiga hal yang menyebabkan daya saing kita jauh dibandingkan negara tetangga kita, yang pertama berkaitan dengan korupsi, kedua inefisiensi birokrasi, ketiga kesiapan infrastruktur kita,” katanya.
Menurut dia, tiga hal itu harus diperbaiki jika Indonesia ingin memenangkan persaingan ke depan. Presiden juga menekankan pentingnya untuk mempersiapkan diri menghadapi bonus demografi beberapa tahun mendatang.
Ia berpendapat bonus demografi bukan semata dijelang dengan momentum persiapan ‘skill’ kecerdasan dan pelatihan, tetapi yang paling penting menanamkan integritas dan kejujuran generasi muda Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara