Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama Kepala BKPM Thomas Lembong, Menkoinfo Rudiantara, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dan Menhub Budi Karya saat membahas kinerja 3 tahun Jokowi-JK di Kantor Staf Presiden (KSP), Jakarta, Selasa (17/10). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di awal-awal ditargetkan bisa mencapai 7 persen, faktanya tak lebih dari 5 persenan saja. Menurut Darmin Nasution faktanya perekonomian nasional saat ini memang yang dicapai masih rendah yakini lebih rendah dari tahun 2013 lalu. Atau lebih rendah dari era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Tiga tahun pemerintah Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dianggap masih belum bisa mengendalikan harga pangan. Selama ini harga pangan menjadi masalah utama di pemerintah, harga pangan yang tak bisa dikendalikan adalah komoditas bawang.

Kondisi ini diakui oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Menurutnya, masih ada kendala dalam menstabilkan harga produk pertanian. Dan yang paling parah adalah harga bawang yang terus melonjak dan disayangkan tak bisa dikendalikan dengan baik.

“Makanya ini yang menjadi PR pemerintah. Yaitu masih ada yang perlu diperbaiki terutama dengan harga pasca panen. Untuk itu, pasca panennya itu harus dibantu,” ungkap Darmin saat acara 3 tahun era Jokowi di Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Jakarta, Selasa (17/10).

Menurutnya, sejauh ini pemerintah belum bisa melakukan intervensi dan membantu petani pada tahap apsca panen itu.

“Saya harus akui itu (belum bisa kendalikan harga bawang). Bahkan sekarang harga bawang lagi jatuh. Ironi kita selalu gitu,” ungkap Darmin.

Yang membuatnya menjadi ironi, lanjut Darmin, dipengaruhi oleh kondisi yang sulit diantisipasi berkaitan dengan masa sebelum panen. Misalnya, faktor yang membuat hasil panen tidak terlalu optimal, sehingga pasokan cenderung sedikit sementara permintaan tidak berkurang.

“Kalau musim jelek, produksi kurang, harga naik. Kalau musim bagus, produksi baik, harganya turun. Nah, antara dua ini harus ada yang disiapkan,” tandas Menko Darmin.

Masalah di sektor ini, kata dia, tak cuma soal masalah pasca panennya, tapi juga masalah lain seperti  daya serap terhadap produksi pertanian oleh off taker juga harus dibenahi. Dengan demikian, ketika hal-hal tersebut sudah membaik maka dimungkinkan harga-harga akan lebih stabil.

“Kalau sudah sampai sana kita bisa pertahankan harga itu pada range yang kita tetapkan,” dia menegaskan.

Sekadar diketahui, ratusan petani bawang di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar) mengeluh akibat harga jual bawang merah anjlok hingga 70%. Hal ini disebabkan melimpahnya pasokan bawang dari berbagai daerah penghasil bawang seperti di Brebes, Kendal, dan Nganjuk.

Anjloknya harga bawang merah pada panen raya ini di rasakan di oleh petani bawang Desa Pabuaran, Kabupaten Cirebon. Saat ini harga bawang hanya di jual dengan harga Rp10 ribu per kilogram (kg), padahal semula petani mampu menjual di atas Rp10 ribu per kg.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka