Kemudian untuk sektor hulu migas, dia melihat perubahan skema cost recovery ke gross splitter belum mampu mendorong investasi migas lebih baik. Padahal hingga saat ini tren produksi minyak nasional terus menurun dari tahun ke tahun.

Selanjutnya di sektor hilir migas, Rofi mempertanyakan kelanjutan proyek revitalisasi kilang nasional yang progess-nya hingga saat ini belum jelas, padahal kilang menjadi salah satu faktor penting dalam rangka kedaulatan energi.

Demikian juga dengan program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga yang masih menyimpan kendala karena semakin membengkaknya biaya operasional PT Pertamina (persero) sehingga kehilangan tambahan pendapatan perusahaan sebesar 12 triliun. Padahal disisi lain utang pemerintah ke BUMN energi tersebut untuk subsidi BBM sudah mencapai Rp 20 triliun.

“Melihat pengelolaan energi selama tiga tahun terakhir, kedaulatan energi sesuai dengan nawa cita ke 7 nampaknya masih jauh,” pungkas Rofi.

Laporan: Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby