Jakarta, Aktual.com — Saat anak-anak Anda sakit, terkadang mereka tidak mau untuk pergi ke dokter untuk menyembuhkan penyakit mereka. Namun, seringkali, anak lebih suka datang ke ruang CT Scan. Apa dampak bahaya kesehatan CT Scan bagi anak-anak?
CT scanner – yang menggunakan sinar-X dalam menghasilkan gambar atau foto lebih detail dari hampir semua bagian tubuh manusia – mampu memberikan bahaya jauh lebih tinggi dari radiasi ‘pengion’ berbahaya ketimbang peralatan dokter (medis) pada umumnya. Dan anak-anak, untuk sejumlah alasan, bahkan lebih rentan terkena radiasi ‘pengion’ ‘carcinogenicity’ daripada orang dewasa.
Para ilmuwan telah mengkaji risiko radiasi ‘pengion’ selama hampir satu abad. Untuk beberapa dekade terakhir, setelah munculnya CT scanner di pertengahan 1970-an, dokter biasanya menyampaikan kepada pasien bahwa CT scan minim risiko radiasi atau tidak membahayakan kesehatan pasien. Namun, bukti-bukti terbaru menunjukkan, pendapat tersebut ternyata keliru.
Dr Rebecca Smith-Bindman dari University of California-San Francisco, Amerika Serikat, sekaligus seorang ahli terkemuka terhadap efek pencitraan medis, mengatakan, kepada The Huffington Post, bahwa penelitian menyatakan, sekali CT Scan bisa berdampak tiga kali lipat mengembangkan beberapa jenis kanker.
Sebanyak satu dari 300 anak-anak yang di-CT scan di area perutnya, dada atau tulang belakang, berakibat menimbulkan perkembangan tumor akibat efek radiasi.
“Dosis yang digunakan untuk CT berada di kisaran yang sama di mana kita telah melihat bukti langsung dari efek berbahaya,” kata Smith-Bindman.
“Medium (area) dosis orang yang terkena radiasi bom Hiroshima adalah 40 milligram. Dan, kami menemukan bahwa mereka (pasien) lebih rentan lebih tinggi dari itu.”
Keyakinan yang menyatakan, bahwa CT scan relatif tidak berbahaya serta diperbolehkan penggunaannya untuk dipakai selama beberapa dekade. Namun demikian, ada tanda-tanda bahwa rumah sakit anak-anak, setidaknya, mulai mengambil dampak risiko CT scan yang memperhitungkan terhadap pencitraan.
Studi tersebut diterbitkan pada 24 Agustus 2015 lalu, dalam jurnal “Pediatrics” menemukan, bahwa penggunaan CT scan di rumah sakit anak-anak telah menurun tajam selama dekade terakhir.
Penulis riset memeriksa rekam medis dari sekitar 150.000 anak-anak yang dirawat dengan 10 kondisi yang paling sering di-CT scan di rumah sakit, dimana hasil sample 33 anak-anak terkena pada tahun 2004 dan 2012 lalu, sangat berbahaya. Hasil temuan dokter, anak yang diperiksa dengan CT Scan di kepalanya, muncul penyakit kejang, usus buntu, hingga sakit kepala yang berat.
Penggunaan CT Scan menurun. Sekitar 25 persen anak-anak yang dirawat karena kejang pada tahun 2004 mendapat CT scan, tetapi hanya 13,3 persen dirawat pada 2012. Tingkat nyeri perut menurun dari 37,7 persen pada 2004 dan 25,6 persen pada 2012; untuk gegar otak menurun dari 75,7 persen pada 2004 kemudian 62,8 persen pada 2012.
Para peneliti menemukan, bahwa dalam banyak kasus, penurunan penggunaan CT scan disertai dengan peningkatan dalam penggunaan ‘ultrasound’ dan ‘MRI’ – yang baik agar pasien terhindar dari ‘radiasi pengion’.
Penulis studi lainnya, Dr Michelle Parker dari Rumah Sakit Anak Cincinnati, mengatakan, kecendrungan perubahan tersebut lantaran tumbuh kesadaran terhadap bahaya CT scan, dimana dokter lebih menyarankan jalan alternatif lainnya.
“Sebelumnya, kami tidak menganjurkan bahwa semua CT scan harus digantikan oleh alat pencitraan lain, atau dokter ingin menghindari CT Scan di mana pasien ingin hasil fotonya ditunjukkan,” tulis Parker, melalui surat elektronik, kepada The Huffington Post.
“Namun, dari penelitian terbaru menunjukkan bahwa dokter dapat menggabungkan penelitian baru yang mendukung pilihan pencitraan lain untuk memberikan perawatan yang paling aman kepada pasien untuk menghindari CT scan bila memungkinkan.”
Menurut dokter, Smith-Bindman yang juga bekerja di rumah sakit lainnya, termasuk rumah sakit umum, dimana rumah sakit umum sangat lambat menghadirkan dampak bahaya CT scan, ketimbang dokter di rumah sakit anak-anak – yang benar-benar membuat terobosan penelitian dalam dunia kedokteran.
“Ini menunjukkan bahwa kita dapat berbuat lebih baik, kami telah menunjukkan kami bisa lebih baik di rumah sakit anak-anak,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh: