Jakarta, aktual.com – Fana dan Baqa’ merupakan salah satu derajat dalam ilmu tasawuf yang mesti dicapai oleh seorang pelaku tasawuf. Fana dan Baqa’ ini dipopulerkan oleh penghulunya para sufi yaitu Abu Yazid al-Busthami.
KH. Muhammad Danial Nafis secara sederhana menjelaskan makna Fana’ pada saat kajian kitab Anwarul Hadi karangan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, bahwa Fana adalah hancur dan leburnya kedirian seseorang sehingga tidak ada lagi Iradah (keinginan) dan Muna (harapan) dalam dirinya tersebut.
Hilangnya Iradah serta Muna yang dimaksud tersebut yaitu ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki ketergantungan kepada Makhluk. Akan tetapi, ketergantungan tersebut bukan berarti meninggalkan bermuamalah dengan mereka.
“Meninggalkan ketergantungan kepada Makhluk bukan berarti meninggalkan Muamalah dengan mereka, tapi harus meyakini bahwa semuanya termasuk rezeki adalah dari Allah Swt,” ucap Syekh Danial Nafis.
Selanjutnya, Syekh Nafis mengatakan bahwa Wali-wali Allah Swt diangkat menjadi seorang Wali ketika mereka sudah mampu menghilangkan sifat kediriannya.
“Para aulia itu diangkat menjadi wali jika sudah mampu menghilangkan ke-Aku-an di dalam diri mereka,” lanjutnya.
Sehingga dari itu, Syekh Danial Nafis memberikan pesan agar menjadikan diri kita sebagai Abdul Khaliq (Hamba Pencipta) bukannya Abdul Khalqi (Budak Makhluk).
“Jadilah engkau Abdul Khaliq jangan menjadi Abdul Khalqi,” ungkapnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain