Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Achmad Baiquni menyebut ke depan perseroan susah untuk berada di posisi net interest margin (NIM) yang di kuartal pertama 2016 ini sebesar 6,1 %.
Pasalnya, ke depan perseroan terus menekan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan overhead cost-nya. Sehingga perseroan menargetkan NIM hingga akhir tahun ini bisa mencapai di bawah 6%.
“Target NIM di atas 6 persen tentu sulit dipertahankan. Karena dengan adanya bunga KUR yang turun jadi 9 persen akan pengaruhi kredit yang lainnya,” tukas dia di kantornya, Jakarta, Selasa (12/4).
Saat ini, BNI sendiri sudah menurunkan suku bunga kredit ritel di bawah 10%, atau tepatnya 9,9 %. Angka memang masih tinggi, tapi trennya sudah mengarah ke single digit.
“Yang penting kami sudah bisa berada di bawah 10 %,” tegas dia.
Sementara perseroan juga terus menjaga BOPO yang saat ini relatif kecil sebesar 68 % yang berarti masih di bawah dari BOPO industri yang di angka 75%.
“Saat ini BOPO kami di angka 68%. Kami akan terus menekannya. Sehingga biaya CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) tidak meningkat kembali,” tutur Baiquni.
Kinerja BNI sendiri mencatatkan laba sebesar Rp2,97 triliun atau naik 5.5% pada kuartal I tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Laba berslh BNI itu bersumber dari Pendapatan Bunga Bersih (Nll) yang naik 13,3% dari Rp6,09 triliun pada kuartal-I 2015 menjadi Rp6,91 triliun pada Kuartal-I 2016.
Hal tersebut menunjukkan peningkatan kualitas kinerja perkreditan BNI yang terlihat dari NIM yang 6,1% tersebut.
Selain itu, laba bersih juga ditopang oleh Pendapatan Non-Bunga kuartal-I 2016 yang naik 16,4% dari Rp1,90 triliun pada kuartal I-2015 menjadi Rp2,22 triliun pada kuartal-I 2016 ini.
“Itu didukung oleh kenaikan fee based income dari trade finance, pengelolaan rekening, bisnis kartu, transaksi ATM dan sumber pendapatan non-bunga lainnya. Sehinga kami tidak semata-mata mengandalkan keuntungan bunga saja,” tutup dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka