Jakarta, Aktual.com — Berjuang selama satu tahun setelah menjadi anggota Parlemen Muslim, dimana perempuan Malawi dalam dalam kelompok mayoritas Kristen yang mendominasi Majelis Nasional, Aisha Mambo telah bersumpah untuk menggunakan peran barunya untuk melakukan advokasi untuk pertanggungjawaban yang lebih besar untuk para Muslimah di negara kawasan sub-Sahara.
“Selama ini, saya selalu bercita-cita untuk menjadi anggota Parlemen. Oleh karena itu, untuk membuatnya ke Majelis Nasional menjadi sebuah mimpi yang menjadi benar bagi saya,” urai Aisha kepada laman OnIslam.
“Saya selalu ingin berada di antara orang-orang yang membuat Undang-Undang negara, bahwa saya harus bisa mengadvokasi hukum yang ramah bagi perempuan dan pada saat yang sama untuk membantu dan mempercayakan perempuan sesama Muslim melalui Undang-Undang yang dibuat di sana,” katanya lagi.
Aisha, yang sebelumnya berprofesi sebagai jurnalis dan penyiar di Radio Islam sekarang beralih menjadi politisi, akhirnya memenangkan kursi Parlemen untuk Distrik Mangochi Mkungulu pada bulan Juni 2014 lalu, di antara 20 Muslim lainnya yang berhasil sampai ke Majelis Nasional.
Memenangkan kursi di parlemen adalah langkah pertama di misinya untuk meningkatkan partisipasi perempuan Muslim dalam berpolitik.
“Saya pergi ke Parlemen dengan misi untuk membebaskan sesama perempuan dari telapak kemiskinan dan keterbelakangan. Itu menyedihkan saat saya melihat bahwa selama 51 tahun merdeka, jumlah wanita Muslim secara aktif berpartisipasi dalam politik sangat rendah,” kata Aisha.
“Saya datang ke sini untuk mengadvokasi hukum yang dapat membantu adanya kemungkinan untuk membalikkan tren tersebut, sehingga Perempuan bisa sepenuhnya diberdayakan untuk berdiri dan memimpin di antara manusia lainnya,” katanya lagi.
Legislator berusia 40 tahun ini mengamati, bahwa beberapa kendala utama dalam mengendalikan peran Muslimah untuk kembali aktif berpartisipasi dalam kegiatan politik yakni lantaran kurangnya pendidikan dan tingkat kemiskinan yang berlaku.
“Karena faktor budaya, sebagian besar wanita Muslim belum mencapai pendidikan dasar. Hal ini telah membuat sulit mereka untuk berpartisipasi dalam politik, dan pada saat yang sama, banyak wanita di Komunitas Muslim tidak sepenuhnya diberdayakan secara ekonomi untuk berdiri di atas mereka sendiri dan mencoba peruntungan di dunia politik. Politik membutuhkan banyak uang, karena itu sebagian besar dari mereka tidak bisa berani melibatkan diri di dalamnya,” paparnya.
Artikel ini ditulis oleh: