Beijing, Aktual.com – Tiongkok membela tindakan duta besarnya untuk Malaysia, setelah ia dipanggil untuk menjelaskan pernyataannya, yang mengritik ekstremisme dan rasisme menjelang unjuk rasa mendukung Melayu di ibukota, Kuala Lumpur.

Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, akan bertemu dengan Duta Besar Huang Huikang, untuk penjelasan atas pernyataan “menarik perhatian dan memicu keprihatinan di kalangan masyarakat Malaysia”.

Harian “The Star” mengutip keterangan Huang, Jumat (25/9), yang mengatakan bahwa Tiongkok menentang “setiap bentuk diskriminasi ras dan setiap bentuk ekstremisme”.

Ia berbicara menjelang unjuk rasa kelompok pendukung pemerintah, yang didominasi suku Melayu, yang dilaporkan menuntut lebih banyak keterlibatan Melayu, di pasar Jalan Petaling, atau yang dikenal sebagai kawasan Pecinan.

Juru bicara Kemenlu Tiongkok Hong Lei mengatakan Huang mengunjungi masyarakat Tionghoa selama Festival Tengah-Musim Gugur, hari libur Tionghoa yang jatuh pada Minggu (27/9), dan menambahkan bahwa hal tersebut merupakan kegiatan normal.

Ia mengatakan Tiongkok “tidak mencampuri urusan politik dalam negeri negara lain” ataupun campur tangan dalam “urusan dalam negeri” negara lain.

“Tiongkok dan Malaysia adalah negara bersahabat, kami harap bahwa Malaysia bisa menjaga kesatuan dan stabilitas nasional serta keserasian antar-suku,” kata Hong.

Huang membuat pernyataannya itu saat berkunjung di Jalan Petaling.

Koordinator unjuk rasa mengatakan, Jumat malam, mereka membatalkan rencana aksi unjuk rasa atas saran dari pihak kepolisian.

Sebanyak 30 ribu anggota kelompok “baju merah”, sebagian besar warga Melayu, turun ke jalan pada pertengahan September untuk menunjukkan dukungan terhadap Perdana Menteri Najib Razak, yang tengah didera tuduhan korupsi serta salah manajemen perusahaan plat merah 1Malaysia Development Bhd. yang terlilit hutang.

Pengulas mengatakan unjuk rasa menentang pemerintah, yang digelar sebelumnya, dipimpin kelompok pendukung demokrasi Bersih diikuti banyak warga Tionghoa perkotaan, menghina pemimpin Melayu negara tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: