Jakarta, Aktual.co — Tiongkok mengku sangat kecewa setelah pesawat militer Amerika Serikat terbang di atas Laut China Selatan dekat tempat Tiongkok membangun pulau dan meminta AS menghentikan ulah tersebut atau menanggung akibat akan terjadi sesuatu.
Angkatan Laut Tiongkok mengeluarkan delapan peringatan bagi pesawat P8-A Poseidon, pesawat pengintai paling canggih milik militer AS, yang melakukan penerbangan itu pada Rabu (20/5).
Tiongkok mengklaim 90 persen kawasan Laut China Selatan yang diyakini kaya dengan sumberdaya minyak dan gas. Klaim tersebut tumpang tindih dengan klaim dari Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei mengatakan militer Tiongkok mengusir pesawat AS itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan menyebut aksi AS tersebut sebagai ancaman keamanan bagi pulau-pulau dan karang milik Tiongkok.
“Aksi semacam itu bisa menyebabkan kecelakaan, itu sangat tidak bertanggung jawab dan berbahaya serta merugikan perdamaian dan stabilitas kawasan. Kami menyatakan kekecewaan mendalam kami, mendesak AS untuk mematuhi hukum internasional dan aturan-aturan internasional, serta menahan diri dari segala tindakan provokatif dan berisiko,” katanya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (22/5).
“Tiongkok akan terus memantau secara dekat kawasan yang relevan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan sesuai, untuk menjaga keamanan pulau-pulau Tiongkok dan mencegah terjadinya kecelakaan udara maupun laut,” katanya.
Gambar satelit yang direkam baru-baru ini menunjukkan, Tiongkok telah membuat kemajuan pesat mengisi lahan-lahan di kawasan sengketa di Pulau Spratly dan membangun landasan udara yang bisa digunakan untuk keperluan militer, serta kemungkinan merencanakan pembuatan landasan lain.
Diplomat senior AS untuk Asia Timur, Asisten Menteri Luar Negeri Daniel Russel mengatakan di Washington, penerbangan pengintaian AS itu “telah sesuai” dan bahwa pasukan AL AS serta pesawat militer akan “terus melaksanakan sepenuhnya” hak-hak untuk beroperasi di perairan dan ruang udara internasional.
Pada Kamis, Wakil Menlu Antony Blinken mengatakan reklamasi lahan di Laut China Selatan mengganggu kebebasan dan stabilitas serta berisiko memciu ketegangan yang bisa mengarah pada konflik.
The Global Times, tabloid milik harian Partai Komunis, People’s Daily, menyebut aksi AS tersebut sebagai tindakan provokatif.
“Washington dengan sengaja meningkatkan ketegangan dengan Tiongkok, sebuah langkah yang telah menciptakan risiko lebih besar untuk terjadinya konfrontasi fisik,” kata harian itu dalam editorialnya, Jumat.
“Tiongkok harus bersiap untuk memperkuat tindak balas, setiap kali satu takik, berdasarkan tingkat provokasi dari AS,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
















