Jakarta, Aktual.com — Tiongkok akan menentang aktivitas-aktivitas kemerdekaan “pemisahan diri” Taiwan, dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selatan Taiwan, kata Perdana Menteri Li Keqiang pada Sabtu (05/03) waktu setempat, setelah kemenangan satu partai yang menyokong kemerdekaan dalam pemilihan di pulau itu pada Januari.
Tiongkok memandang Taiwan, sebagai provinsi yang tidak patuh, akan dibawa di bawah kendali dengan paksa jika perlu. Pasukan nasionalis melarikan diri ke Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara di Tiongkok.
Bejing telah berkali-kali memperingatkan tiap langkah menuju kemerdekaan sejak kemenangan mutlak Tsai Ing-wen dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang dipimpinnya pada pemilihan presiden dan pemilihan parlemen Januari.
Tsai telah mengatakan bahwa ia akan memelihara perdamaian dengan Tiongkok, dan media negara Tiongkok juga mencatat janji-janjinya untuk memelihara “status quo” dengan Tiongkok.
Ketika berbicara pada pembukaan pertemuan tahunan parlemen Tiongkok, Li mengatakan Tiongkok tetap berkomitmen dengan “kebijakan-kebijakan utamanya” mengenai Taiwan.
“Kami akan … menentang aktivitas-aktivitas pemisahan diri bagi kemerdekaan Taiwan, menjaga kedaulatan dan integritas Tiongkok, memelihara pertumbuhan hubungan lintas selat yang damai dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” kata dia.
Li tidak menyebut Tsai secara langsung dalam pidatonya itu. Tsai akan mulai memangku kekuasaan pada Mei.
Hubungan Tiongkok dan Taiwan berlangsung damai dalam delapan tahun terakhir setelah Ma Ying-jeou yang kebijakan-kebijakannya dekat China terpilih sebagai presiden Taiwan pada 2008 dan terpilih kembali empat tahun kemudian.
Ma menandatangani serangkaian persetujuan kunci dengan Beijing dan mengadakan pertemuan bersejarah dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Novemeber di Singapura yang netral.
Tetapi satu perjanjian perdagangan kontroversial tak berjalan sebagaimana diharapkan ketika dibahas di parlemen Taiwan setelah protes-protes pada 2014 terkait dengan persetujuan-persetujuan dengan Beijing.
Li mengatakan bahwa Beijing akan “berusaha keras membuat kemajuan mengenai integrasi ekonomi lintas-selat” dan memperkuat pertukaran antara warga biasa dan generasi muda.
Ia menyinggung hal lain yang mengganjal bagi Beijing dengan mengatakan bahwa ia yakin kendali Tiongkok atas Hong Kong dan Makao dan membuat keduanya sejahtera dan stabil untuk jangka waktu lama.
Para pemerotes pro demokrasi menutup bagian-bagian pusat Hong Kong, bekas koloni Inggris itu selama 79 hari pada penghujung tahun 2014 dan perasaan anti Bejing terus berlangsung di Hong Kong.
Bulan lalu polisi menangkap lebih 60 orang selama kerusuhan-kerusuhan pada saat dimulainya Tahun Baru China. Beijing mempersalahkan “kaum separatis radikal” berada di balik aksi-aksi tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara