Misbakhun membantah pihak-pihak yang menyebut pertumbuhan ekonomi stagnan. Sebab, angka pertumbuhan 5,02 persen, 5,05 persen sampai 5,17 persen bukan angka yang rendah.
Menurut Misbakhun angka itu merupakan sebuah prestasi di saat kondisi global tidak menentu akibat perang dagang antara Amerika dan China. Selain itu, ada kondisi pertumbuhan ekonomi China yang cenderung mengalami penurunan.
“Ekonomi China menurun dari pertama double digit hingga sekarang di kisaran 6 persen hampir 7 persen. India yang dulu sekitar hampir 10 persen mendekati double digit sekarang hanya 7,2 persen. Kemudian ada situasi global di mana semua prediksi proyeksi pertumbuhan selalu dipangkas IMF dan World Bank, karena ada kondisi ketidakpastian global yang harus diantisipasi terhadap pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.
Karena itu, Misbakhun memastikan pertumbuhan ekonomi 5,17 persen yang dicapai Jokowi adalah pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi.
“Indonesia hanya kalah dari India dan China. Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih bagus dibanding negara emerging market lainnya seperti Rusia, Turki, Afrika Selatan, Brazil. Pertumbuhan ekonomi 5,17 adalah yang terbaik,” tegasnya.
Indonesia, lanjut Misbakhun, berusaha memperkuat ekonomi domestik supaya pertumbuhan ekonomi tetap stabil di atas 5 persen. Perekonomian diperkuat dengan pembangunan infrastruktur seperti interkoneksi di Jawa, Sumatera, dengan pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, pembangunan di wilayah perbatasan dan menurunkan biaya logistik.
Artikel ini ditulis oleh: