Surabaya, Aktual.co — Pernyataan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sosial media twitter yang mengimbau agar umat Islam harus menghormati umat lain yang tidak puasa dengan membolehkan warteg membuka di siang hari, mendapat kecaman dari tokoh agama di Jawa Timur.
“Kenapa yang mayoritas harus menghormati yang minoritas. Seharusnya minoritas menghormati yang mayoritas. Itu menteri ngawur. Umat Islam di Jawa Timur tidak akan mengindahkan pernyataan menteri agama,” terang Ketua Forum Dakwa Islamiyah Jawa Timur, Ali Badri Zaini, Rabu (10/6).
Ali Badri menjelaskan, sejak dulu aturan dalam bulan Ramadhan warteg dan restoran di pinggir jalan selalu menutupi dengan spanduk. Hal ini dikarenakan mereka menghormati umat Islam yang notabene sebagai umat mayoritas di Indonesia. Jika aturan ini dibalik oleh menteri agama, maka hal tersebut mengesankan bahwa menteri agama seperti tebang pilih.
Dirinya mencontohkan, ketika hari raya Nyepi di Bali, masjid-majid tidak akan memakai pengeras suara adzan atau ceramah. Hal ini karena umat muslim di Bali sebagai agama minoritas menghormati umat Hindu yang merayakan Nyepi.
“Bukan hanya di Bali. Saat perayaan Natal, umat Islam juga ikut membantu pengamanan gereja-gereja. Itu karena umat muslim menghormati umat kristiani. Sekarang giliran umat Islam yang menjalankan ibadah, kenapa juga diperintahkan harus menghormati yang tidak berpuasa?” katanya dengan nada geram.
Ali Badri mempersilakan para pemilik usaha makanan tetap beroperasi, hanya saja harus menghormati umat muslim yang menjalankan puasa dengan cara transparan.
Seperti diketahui, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mengimbau pihak yang berpuasa harus menghormati hak pihak lain yang tidak berkewajiban dan tidak sedang berpuasa. Artinya, selama Ramdhan restoran atau rumah makan diperbolehkan tetap beroperasi untuk menghormati yang sedang tidak puasa.
Artikel ini ditulis oleh: