Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menjawab pertanyaan wartawan usai menggelar rapat tertutup di Kantor ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (13/9). Pemerintah memastikan reklamasi di pantai utara Jakarta tetap dilanjutkan. Pemprov DKI akan menjamin kehidupan para nelayan dengan menyediakan fasilitas hunian di rumah susun. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) mengaku mendapat intervensi atau tekanan saat melakukan pertemuan dengan Menko bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan (LBP) di Kantor Kementerian ESDM pada Selasa Malam dalam pembahasan reklamasi pantai utara teluk Jakarta.

Berdasarkan keterangan Ketua BEM-UI, Arya Ardiansyah, pihaknya dipaksa untuk menghapus rekaman video yang diambil pada saat pertemuan tertutup itu. Padahal kata Arya, kalau memang pemerintah benar argumennya serta kuat landasannya untuk melanjutkan proyek pembangunan reklamasi, mengapa harus tertutup dan tidak bersedia transparan ke publik.

“Kami sangat kecewa video sebagai dokumentasi yang kami ambil dipaksakan untuk dihapus, padahal dengan video itu kami akan membandingkan penjelasan dari mereka dengan realita di lapangan. Kenapa pemerintah tidak bersedia transparan?” tanya Arya merasa kecewa, Selasa Malam (13/9).

Sebelum pertemuan itu, awalnya sejumlah mahasiswa UI dengan tidak mengenakan almamater, menyelinap di antara wartawan yang sejak dari sore menunggu untuk meminta keterangan dari LBP terkait hasil rapat dengan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang reklamasi.

Rapat tersebut berakhir pada pukul 20.00 WIB dan langsung memberikan keterangan pers. LBP menegaskan tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menghentikan proyek reklamasi oleh pengembang group usaha Agung Podomoro Land (APL).

Namun saat LBP menghentikan keterangannya dan meminta jalan untuk pergi, para mahasiswa UI dengan seketika mengenakan almamater kuning dan menghadang LBP dengan ‘serangan’ agar proyek reklamasi yang sejak semula telah dinyatakan terjadi pelanggaran berat, tidak dilanjutkan oleh LBP.

Pada saat itu LBP merasa kaget dan tidak mendapatkan jalan, lalu dia berbalik kembali naik tangga menuju ruangan atas dan memerintahkan stafnya untuk memfasilitasi pertemuannya dengan mahasiswa.

Namun kendati begitu, pertemuan tersebut digelar tertutup dan hanya empat perwakilan yang dipersilahkan masuk, sementara sekitar 20-an mahasiswa lainnya menunggu di luar ruangan.

Dadang Sah

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan