Kairo, Aktual.com – Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi membatalkan kunjungannya ke Washington DC hingga waktu yang tidak ditentukan. Padahal sebelumnya, Sisi dijadwalkan akan berkunjung ke AS untuk menemui Presiden AS Donald Trump pada Selasa (18/2) nanti.
Pembatalan secara mendadak ini adalah respons Mesir atas rencana Trump yang akan menggusur paksa secara permanen 2,2 juta warga Gaza Palestina. Dilansir dari Al Arabiya, seorang pejabat senior Mesir menggambarkan hubungan diplomatik antara Kairo dan Washington saat ini sebagai yang paling renggang dalam tiga dekade terakhir. Dan pada 29 Januari lalu, Sisi menegaskan bahwa Mesir, ”tidak berpartisipasi atas rencana relokasi tidak adil terhadap rakyat Palestina.”
Menurut pejabat Mesir lainnya, Sisi juga merasa direndahkan oleh Trump yang menyebut dirinya sebagai ’jenderal’ dalam berbagai pidatonya. Sebuah pertemuan tingkat tinggi antara Sisi, Pangeran Saudi Mohammed bin Salman (MBS), dan Raja Yordania Abdullah II juga dikabarkan ditunda sebagai akibat dari ketegangan baru yang muncul di Timur Tengah.
Sisi berdasarkan laporan AFP sebelumnya, juga telah mendesak dilakukannya rekonstruksi Jalur Gaza tanpa harus memindahkan warga Palestina. Menurut Sisi, pendirian negara Palestina adalah satu-satunya garansi untuk mencapai perdamaian abadi.
Meski Presiden Mesir itu batal ke AS, namun Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty saat ini tengah berada di Washington DC untuk menggelar pertemuan dengan pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan Senator Lindsey Graham. Di sana, Badr Abdelatty menyerukan rekonstruksi cepat Jalur Gaza tanpa harus mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut.
Kepada Menlu AS Marco Rubio, Abdelatty juga menegaskan diskusi apa pun harus membahas rencana Mesir untuk membangun kembali Gaza, termasuk rencana Mesir untuk memastikan warga Palestina tetap berada di tanah mereka.
Untuk diketahui, dalam percakapan telepon antara Trump dan Sisi pada 1 Februari lalu, Trump menyampaikan undangan kepada Sisi untuk mengunjungi Gedung Putih. Sisi lantas menerima undangan itu, dan diagendakan pertemuan digelar pada 18 Februari, namun secara sepihak mendadak dibatalkan tanpa batas waktu oleh pihak Sisi
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















