Aktual.com, Jakarta – Wacana pembentukan Holding BUMN Ultramikro menjadi topik hangat beberapa bulan ke belakang. Rencananya, pembentukan holding tersebut akan menggabungkan 3 (tiga) perusahaan plat yang bergerak di sektor pembiayaan mikro. Adapun ketiga perusahaan itu yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan induk, kemudian PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM (Persero).
Namun, Serikat Pekerja PT Pegadaian (Persero) menolak rencana pembentukan holding tersebut. Menurut Ketua Umum Serikat Pekerja PT Pegadaian, Ketut Suhardiono, rencana tersebut berpotensi menjadikan PT Pegadaian sebagai anak perusahaan. Sehingga dapat menganggu core business perusahaan selama ini di bidang gadai.
“Serta terkontaminasinya produk-produk pegadaian yang selama ini dikembangkan dan dikelola oleh Pegadaian yang (selama ini) menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat Indonesia menjadi menyesuaikan dengan perusahaan induk,” ungkap Ketut dalam sebuah keterangan yang diterima redaksi aktual.com, Jakarta, Selasa (9/2/2021).
Ketut menjelaskan bahwa PT Pegadaian merupakan satu-satunya BUMN yang menyelenggarakan bisnis gadai di Indonesia. Bahkan eksistensinya selama 119 tahun sudah semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah. Sehingga tak heran jika kehadiran PT Pegadaian sebagai wujud pengamanan sosial.
Bahkan Ketut mengklaim PT Pegadaian sebagai salah satu BUMN penyumbang terbesar dividen. Pada tahun 2019, PT Pegadaian berhasil membukukan laba sebesar Rp3 triliun. Di tengah kondisi perekonomian nasional yang melemah, Pegadaian juga mampu membukukan kinerja pembiayaan dan laba yang positif.
“Data data tersebut dapat disimpulkan bahwa Pegadaian adalah salah satu dari sedikit BUMN yang memiliki kinerja sangat sehat. Sehingga sangat layak diposisikan sebagai perusahaan mandiri atau sebagai induk dalam wacana holding BUMN ultramikro,” tegasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi