Pacitan, Aktual.com – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH As’ad Said Ali menyatakan bahwa toleransi model barat tidak cocok di terapkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bukan hanya itu, sikap model barat juga tidak sejalan dengan sikap toleransi yang selama ini diamalkan Nahdlatul Ulama (NU).
“Toleransi model barat mengatakan semuanya bebas. Semua agama bebas. Termasuk menistakan agama orang lain, termasuk juga menghujat Allah. Itu toleransi model barat,” kata dia sebagaimana dilansir laman NU, Selasa (10/1).
As’ad Ali menekankan demikian dalam Apel Kesetiaan NKRI yang digelar PWNU Jawa Timur di kawasan Pantai Pancer Door Pacitan, Minggu (8/1). Acara dihadiri Wasekjen PBNU KH Abdul Mun’im DZ, Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits Dimyathi dan Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah.
Tidak ketinggalan Bupati Pacitan Indartato, Komandam Korem (Danrem) 081/Dhirotsaha Jaya Madiun Kolonel Infanteri Piek Budiakto dan sekitar 10 ribu kader NU se-Jatim.
“Kita beda, kita Pancasila tidak seperti itu. Kita adalah Bhinneka Tunggal Ika,” ucapnya.
Mantan Wakil Kepala BIN itu menjelaskan, negara harus hadir membuat aturan atau undang-undang yang kuat sebagai rambu-rambu lalu lintas interaksi antar umat beragama dan antar suku di Indonesia. Dan, negara yang namanya Pancasila itu diibaratkan adalah rumah besarnya.
“Setelah 1998, karena liberasi politik, karena tekanan barat, sekali lagi karena tekanan
barat, rumah kita menjadi pintunya dibuka. Kurang puas jendelanya dibuka, kurang puas lagi gentengnya dibuka. Maka sekarang kita masuk angin, kena flu,” katanya.
As’ad menambahkan, NU bersama Negara siap mengawal toleransi dengan aturan yang disepakati bersama. NU juga siap membangun visi baru sesuai dengan sikap tasamuh atau toleransi yang dimiliki NU.
Artikel ini ditulis oleh: