Pembeli memilih beberapa jenis kurma yang dijajakan pedagang di pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (12/6/2015). Menjelang Ramadhan penjualan kurma mulai ramai tidak seperti hari. Pedagang mengaku biasanya hanya mendapatkan untung sekitar Rp 1 juta perhari, menjelang ramadhan penjualan naik dua sampe tiga kali lipat. AKTUAL/MUNZIR

Jakarta, Aktual.com — Produsen tomat rasa kurma (torakur), makanan inovatif asal Ungaran Kabupaten Semarang menaikkan produksinya selama bulan Ramadhan seiring melonjaknya permintaan.

“Kami naikkan hampir dua kali lipat produksi torakur dibandingakn hari-hari biasa,” kata Sri Ngestiwati (54), pemilik rumah industri pembuatan torakur di Ungaran Kabupaten Semarang, Senin (13/6).

Pada hari biasa, ia menyebutkan produksi torakur setidaknya mencapai empat kuintal/hari, namun pada bulan Ramadhan mencapai dua kali lipatnya karena saking banyaknya permintaan dari konsumen.

Permintaan torakur selama bulan Ramadhan tetap meningkat, kata dia, padahal harga torakur buatannya baru saja dinaikkan dari kisaran Rp15-30 ribu/kemasan menjadi Rp17-35 ribu/kemasan.

“Lonjakan permintaan ini membuat kami kewalahan meski kami telah menambah tenaga kerja. Ini nanti selama Ramadhan dan menjelang Lebaran,” tutur Bu Ngesti, sapaan akrab perempuan itu.

Menurut dia, bahan baku pembuatan torakur saat ini memang mengalami kenaikan, seperti tomat dan gula sehingga mau tidak mau harga jual torakur di pasaran harus dinaikkan agar tidak merugi.

“Ternyata, kondisi itu (kenaikan harga, red.) tidak menyurutkan minat masyarakat terhadap torakur,” ucapnya.

Biasanya masyarakat, khususnya yang beragama Islam membeli torakur untuk salah satu menu berbuka puasa, sementara masyarakat lainnya juga menjadikannya bingkisan parsel Lebaran.

“Alhamdulillah, permintaan (torakur, red.) yang melonjak membuat omzet kami juga ikut melonjak. Omzet yang dihasilkan meningkat sampai 70 persen selama sepekan Ramadhan ini,” ujarnya.

Selain torakur, Ngesti juga memproduksi makanan olahan dari komoditas pertanian yang melimpah di kawasan Bandungan Kabupaten Semarang, yakni mentimun dan pepaya.

“Saya terdorong bikin makanan olahan baru, yakni dodol mentimun dan manisan pepaya karena dua buah-buahan itu melimpah. Mudah-mudahan, nasibnya sama bagusnya dengan torakur,” tambahnya.

Sementara itu, Prastowo, salah satu pembeli torakur mengakui rasa makanan olahan dari tomat yang mirip dengan kurma itu, namun harganya jelas lebih murah dibandingkan buah kurma asli.

“Daging buahnya malah lebih tebal ini (torakur, red). Rasanya juga mirip dengan kurma dan lebih murah,” kata pria asli Ambarawa itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka